Sudah Ada TKA, Apakah SNBP 2026 Tetap Pakai Rapor?

Selasa (12/12) lalu, Prof. Eduart Wolok, Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB, menegaskan bahwa SNBP 2026 terbagi menjadi dua komponen. Pertama adalah nilai rapor dari semua mata pelajaran (mapel) dengan bobot minimal 50 persen dan maksimal 2 mapel pendukung program studi (prodi) tujuan yang dihitung berdasarkan pada nilai rapor, portofolio, dan/atau prestasi dengan bobot maksimal 50 persen. Sementara itu, TKA juga dapat diberi bobot sebagai bagian dari komponen kedua.

"Salah satu alasan tetap menggunakan nilai raport dalam komponen SNBP adalah pilihan prodi siswa yang bisa jadi berubah-ubah," katanya menurut Tirto.id Edusains.
 
Gue penasaran nih, apa salahnya gak menggunakan nilai rapot sebagai komponen dari SNBP? Semua mahasiswa punya nilai rapot yang sama, kan? Jadi, siapa yang lebih baik gampang dihitung. Tapi, tentang prodi tujuan yang bisa berubah-ubah, itu membuatku curiga, apa artinya mereka mau menghambat potensi siswa karena tidak memiliki fasilitas mahasiswa yang lengkap? Gue rasa mereka harus mencari cara lain untuk memastikan siswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
 
Saya pikir ini gampang banget! Duh, nilai raport punya keuntungan ya? Siswasinya tidak perlu capek lama-lama cari informasi tentang prodi apa yang ada di universitas favoritnya. Tapi, tapi... komponen kedua bisa jadi lebih menarik deh! TKA dan portofolio itu bisa menunjukkan kemampuan siswa dalam cara yang lebih bebas dan kreatif. Saya yakin ini bakal membuat mahasiswa Indonesia lebih siap menghadapi dunia kerja di era digital seperti ini 🤖💻
 
Gue pikir ini bisa bikin kebuntuan di masa depan, sih... kalau nilai rapor bisa berubah terus-menerus seperti apa caranya kalau ada yang tertimbun? 😕
 
SNBP 2026 ini pasti bakalan sulit aja, kayaknya gak ada cara untuk menghindarinya deh 🤔📚. Nah, prof Eduart Wolok bilang nilai rapor bisa dihitung 50 persen s.d 2 mapel pendukung prodi tujuan... kayaknya ini buat siapa aja yang suka prestasi? Yang mending asah bakal jadi orang berprestasi, sih 🤷‍♂️. Tapi saya pikir kalau nilai raport gak bisa dipertanggung Jawabkan karena pilihan prodi yang bisa berubah-ubah... maka apa lagi yang dihitung deh? 😒
 
ini sukar banget sih... aku pikir nilai raport harus dihilangkan, karena kemudian akan ada perbedaan besar antara orang yang punya kesempatan untuk belajar di sekolah yang terbaik dengan orang lain. tapi sepertinya masih ada banyak orang yang ingin belajar di luar biasanya juga, seperti di sekolah swasta atau online... jadi, apakah tidak bisa menggunakan portofolio dan prestasi sebagai komponen utama? 🤔
 
"Aku rasa nilai raport memang penting, tapi aku yakin bahwa sistem ini masih bisa dirubah agar lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa" 🤔
 
Gak bakalan terasa bebas kalau nilai raport masuk ke SNBP, kan? Maksimal 50 persen itu seperti belajar ngalap nilai aja, gini? Siswa bisa jadi belajar sekali lalu nilai raportnya tinggi, tapi prestasi dan portofolio apa sih? Gak penting. Dan TKA juga dihitung dari nilai raport, kan? Itu seperti tidak adil untuk siswa yang bebas bereksperimen dengan prodi baru aja.
 
Mengingat semester lalu banyak yang kaget banget ketika nilai UTS dihitung langsung ke SKL, kalau gini SNBP 2026 akan makin jelas kok. Akan lebih mudah untuk siswa dan orang tua memilih prodi mana yang cocok. Tapi, aku pikir pentingnya juga buat diperhatikan siapa yang bakal mengisi portofolio, prestasi, atau apa aja yang dihitung di komponen kedua itu. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi nilai, nggak semua bisa dimanfaatkan sama-sama 🤔
 
Gue pikir ini kaya gampang aja banget, tapi mungkin ada sisi lain yang harus dipertimbangkan... Kalau nilai raport udah banyak dihitung, gimana kalau nilai TKA punya bobot sendiri? Gue bayak rasa ini hanya menambah kompleksitas, tapi mungkin ada alasan di baliknya... Gue sih masih curiga banget, apakah ini cuma cara untuk menghindari persaingan yang serius, atau apa aja yang terjadi...
 
Aku pikir ini juga kayak kerja kantor, di mana ada 2 orang yang menebak apa yang ingin diperoleh oleh rekan-rekannya 🤦‍♂️. Pertama, komponen nilai raport yang serius sekali, tapi kemudian ada komponen TKA yang 'bonus' kalau dihitung dengan bobot yang terlalu tinggi. Aku rasa ini tidak adil, karena siapa yang mau kuliah di mana prodi? 🤔

Dan apa artinya pilihan prodi berubah-ubah? Artinya mahasiswa harus konsisten lama-lama, ya? Tapi tapi aku rasa ini juga kurang efisien, karena mahasiswa bisa lebih fokus pada suatu prodi lama-lama kalau nilai raportnya tidak terlalu serius. Aku rasa perlu ada solusi yang lebih adil dan efisien, jadi mahasiswa bisa fokus pada apa yang diinginkan 🤷‍♂️.
 
Aku sedih banget kalau ujian SNBM 2026 punya bobot nilai raport yang lebih penting! Aku pikir itu akan bikin banyak siswa stres dan lelah nanti... tapi mungkin itu karena aku paham kesalahan, kan? 🤔 Jadi, apa itu beda antara nilai raport dan portofolio? Apakah aku salah lagi? 🙈
 
Makasih professor Wolok, dia kan benar 😊. Saya pikir ini bagus banget! Jika siswa bisa memilih 2 mapel pendukung prodi tujuan, tapi nilai raport tetap penting, artinya siswa bisa lebih fleksibel dalam pilihan prodi. Misalnya, mereka butuh nilai tinggi di mata pelajaran matematika untuk prodi teknik, tapi kemampuan bahasa Inggris tidak terlalu penting. Saya rasa ini akan membuat mahasiswa lebih bebas dalam memilih prodi yang sesuai dengan minat dan bakat mereka 🤩. Tapi, saya juga khawatir bahwa ini bisa jadi rumit untuk beberapa siswa. Mungkin perlu ada penjelasan lebih lanjut dari tim SNPMB tentang bagaimana nilai raport dan TKA dihitung 🤔.
 
Mau apa aja? Kalo memang harus punya kriteria yang pasti, kayaknya gak usah pakai nilai raport. Orang bisa beralih prodi apa saja, tapi nilai raport tetap jadi opsi yang sama. Maksimal 2 mapel pendukung, itu nggak masuk akal. Siswa punya kesempatan untuk memilih prodi yang sesuai dengan minatnya, bukan dipaksa harus lulus dua proses yang sudah jelas tidak ada hubungannya dengan kemampuan belajarnya.
 
Gue pikir ini bukanlah usaha yang jelek, kalau kita harus terpaksa mengambil satu prodi aja dari dulu sampai seumur hidup... mungkin ini bagus juga nih, jika kita bisa menghindari beban sekali kesepian di masa depan.
 
Gue pikir ini cara terbaik dulu, penghitungan nilai raport dan prestasi tapi apa kalau mahasiswa gak punya portofolio atau prestasi kayaknya bakal kehilangan kesempatan untuk diadukin ke komponen kedua, tapi ya kalau mahasiswa nggak punya prodi yang tepat lagi bakal kehilangan kesempatan, jadi agak rumit aja deh.
 
kembali
Top