Tokoh ekonomi Indonesia yang selalu dipandang sebagai raja bisnis itu, The Ning King, meninggal dunia pada minggu lalu. Pengusaha asal Bandung ini menutup usia pada usia 94 tahun.
Dari pengalaman hidupnya, ia memulai perusahaan tekstil milik ayahnya di Bandung sejak 1949 dan kemudian mengembangkannya hingga menjadi salah satu grup usaha terbesar di Indonesia. Ia mendirikan PT Argo Pantes Tbk (ARGO) pada tahun 1977, perusahaan tekstil yang kemudian menjadi salah satu produsen kain terbesar di Indonesia.
Setelah itu, The Ning King memperluas cakupan perusahaannya ke berbagai sektor industri seperti pertambangan, energi, konstruksi, properti, kawasan industri hingga agrikultural. Di bawah payung Industrial by Argo Manunggal (IAM), ia mendirikan perusahaan-perusahaan manufaktur seperti PT Cakra Steel (Cakrasteel) dan Lifestyle by Argo Manunggal Group.
Di bidang properti, The Ning King mencatat tonggak sejarah dengan mendirikan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) pada tahun 1993. Pengembangan proyek perdananya dimulai pada 1994, ketika kawasan Alam Sutera di Serpong, Tangerang resmi diluncurkan di atas lahan seluas 800 hektar.
Keluarga besar Argo Manunggal Group, termasuk putra The Ning King, Hungkang Sutedja, juga aktif dalam bisnis keluarga. Melalui Argo Manunggal Group, keluarga ini menjadi pemegang saham terbesar di PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST).
Kedatangan The Ning King ke dunia bisnis memang cukup unik. Dari sederet proyek perdananya, seperti Alam Sutera yang menjadi salah satu kawasan terpadu terbesar di Indonesia, hingga berbagai lainnya, ia menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan dan mengelola proyek-proyek dengan skala besar.
Sayangnya, The Ning King tidak dapat untuk selamanya meninggalkan warisan bisnis keluarganya. Keluarga besar Argo Manunggal Group saat ini sedang merasa kehilangan kepemimpinan yang telah dipercayakan kepada Harjanto Tirtohadiguno, menantunya yang sekarang menjabat sebagai Komisaris Utama Alam Sutera Realty.
Dari pengalaman hidupnya, ia memulai perusahaan tekstil milik ayahnya di Bandung sejak 1949 dan kemudian mengembangkannya hingga menjadi salah satu grup usaha terbesar di Indonesia. Ia mendirikan PT Argo Pantes Tbk (ARGO) pada tahun 1977, perusahaan tekstil yang kemudian menjadi salah satu produsen kain terbesar di Indonesia.
Setelah itu, The Ning King memperluas cakupan perusahaannya ke berbagai sektor industri seperti pertambangan, energi, konstruksi, properti, kawasan industri hingga agrikultural. Di bawah payung Industrial by Argo Manunggal (IAM), ia mendirikan perusahaan-perusahaan manufaktur seperti PT Cakra Steel (Cakrasteel) dan Lifestyle by Argo Manunggal Group.
Di bidang properti, The Ning King mencatat tonggak sejarah dengan mendirikan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) pada tahun 1993. Pengembangan proyek perdananya dimulai pada 1994, ketika kawasan Alam Sutera di Serpong, Tangerang resmi diluncurkan di atas lahan seluas 800 hektar.
Keluarga besar Argo Manunggal Group, termasuk putra The Ning King, Hungkang Sutedja, juga aktif dalam bisnis keluarga. Melalui Argo Manunggal Group, keluarga ini menjadi pemegang saham terbesar di PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST).
Kedatangan The Ning King ke dunia bisnis memang cukup unik. Dari sederet proyek perdananya, seperti Alam Sutera yang menjadi salah satu kawasan terpadu terbesar di Indonesia, hingga berbagai lainnya, ia menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan dan mengelola proyek-proyek dengan skala besar.
Sayangnya, The Ning King tidak dapat untuk selamanya meninggalkan warisan bisnis keluarganya. Keluarga besar Argo Manunggal Group saat ini sedang merasa kehilangan kepemimpinan yang telah dipercayakan kepada Harjanto Tirtohadiguno, menantunya yang sekarang menjabat sebagai Komisaris Utama Alam Sutera Realty.