Kita harus kembali ke jati diri kita sebagai bangsa Timur, yang berakar pada nilai-nilai ketimuran. Kemakmuran dan keharmonisan bangsa Indonesia hanya dapat terwujud apabila masyarakat mampu menegakkan prinsip ekonomi dan kehidupan sosial yang sesuai dengan semangat asli bangsa, seperti termaktub dalam Pasal 33 UUD 1945.
Saya tidak setuju bahwa kita dipaksa menjadi Barat. Kita harus kembali ke Timur, mengetuhkan nilai-nilai timuran yang telah dulu dihormati oleh para pendiri bangsa Indonesia. Mereka memiliki visi yang jelas tentang bagaimana kehidupan rakyat Indonesia di masa pra-kolonial sebagai kehidupan yang makmur dan 'cekapan'.
Namun, saat-saat itu berubah drastis ketika bangsa Eropa datang membawa sistem kolonialisme eksploitatif. Kita dieksploitasi dan ditindas. Bahkan di tempat lain seperti Australia dan Amerika, penduduk aslinya dibantai hampir habis.
Saya menerjemahkan istilah serakahnomic yang Presiden Prabowo Subianto sebelumnya sebut sebagai kekuatan-kekuatan ekonomi serakah yang merampok sumber daya alam dan keuangan negara. Saya percaya bahwa kekuatan ini telah hadir sejak masa penjajahan Belanda, dan menjadi lawan utama Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan kolonialisme.
Perlawanan Pangeran Diponegoro hampir membuat kolonialisme Belanda runtuh. Bahkan akibat perang itu, pemerintahan Belanda bangkrut dan Belgia akhirnya melepaskan diri.
Dalam pandangan saya, perjuangan Diponegoro bukan hanya bersifat politik dan militer, tetapi juga merupakan perlawanan terhadap cara pandang hidup Barat yang sekuler dan eksploitatif. Ada pertarungan pandangan hidup antara orang Belanda yang sekuler-eksploitatif dengan Pangeran Diponegoro sebagai orang Jawa yang menjunjung tinggi harmoni dan religius.
Saya percaya bahwa pentingnya kembali memahami dan menerapkan jati diri bangsa adalah fondasi kehidupan bernegara. Saya mengutip semangat Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya penegakan Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar sistem ekonomi nasional.
"Ekonomi harus diurus secara kekeluargaan, bukan eksploitasi. Di sinilah cita-cita perjuangan Pangeran Diponegoro menemukan momentumnya: kekayaan Indonesia harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," ujarnya.
Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak hanya memperingati jasa para pahlawan, tetapi juga mewarisi semangat perjuangan mereka. Tidak cukup kita hanya menghormati Pangeran Diponegoro. Api semangat juangnya harus kita lanjutkan dan wujudkan, menuju Indonesia yang bermartabat, berdikari, adil makmur, dan bahagia lahir batin.
Saya percaya bahwa dengan semangat perjuangan Pangeran Diponegoro, kita dapat mencapai kemakmuran dan keharmonisan bangsa. Kita harus kembali ke jati diri kita sebagai bangsa Timur yang berakar pada nilai-nilai ketimuran.
Saya tidak setuju bahwa kita dipaksa menjadi Barat. Kita harus kembali ke Timur, mengetuhkan nilai-nilai timuran yang telah dulu dihormati oleh para pendiri bangsa Indonesia. Mereka memiliki visi yang jelas tentang bagaimana kehidupan rakyat Indonesia di masa pra-kolonial sebagai kehidupan yang makmur dan 'cekapan'.
Namun, saat-saat itu berubah drastis ketika bangsa Eropa datang membawa sistem kolonialisme eksploitatif. Kita dieksploitasi dan ditindas. Bahkan di tempat lain seperti Australia dan Amerika, penduduk aslinya dibantai hampir habis.
Saya menerjemahkan istilah serakahnomic yang Presiden Prabowo Subianto sebelumnya sebut sebagai kekuatan-kekuatan ekonomi serakah yang merampok sumber daya alam dan keuangan negara. Saya percaya bahwa kekuatan ini telah hadir sejak masa penjajahan Belanda, dan menjadi lawan utama Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya melawan kolonialisme.
Perlawanan Pangeran Diponegoro hampir membuat kolonialisme Belanda runtuh. Bahkan akibat perang itu, pemerintahan Belanda bangkrut dan Belgia akhirnya melepaskan diri.
Dalam pandangan saya, perjuangan Diponegoro bukan hanya bersifat politik dan militer, tetapi juga merupakan perlawanan terhadap cara pandang hidup Barat yang sekuler dan eksploitatif. Ada pertarungan pandangan hidup antara orang Belanda yang sekuler-eksploitatif dengan Pangeran Diponegoro sebagai orang Jawa yang menjunjung tinggi harmoni dan religius.
Saya percaya bahwa pentingnya kembali memahami dan menerapkan jati diri bangsa adalah fondasi kehidupan bernegara. Saya mengutip semangat Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya penegakan Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar sistem ekonomi nasional.
"Ekonomi harus diurus secara kekeluargaan, bukan eksploitasi. Di sinilah cita-cita perjuangan Pangeran Diponegoro menemukan momentumnya: kekayaan Indonesia harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," ujarnya.
Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tidak hanya memperingati jasa para pahlawan, tetapi juga mewarisi semangat perjuangan mereka. Tidak cukup kita hanya menghormati Pangeran Diponegoro. Api semangat juangnya harus kita lanjutkan dan wujudkan, menuju Indonesia yang bermartabat, berdikari, adil makmur, dan bahagia lahir batin.
Saya percaya bahwa dengan semangat perjuangan Pangeran Diponegoro, kita dapat mencapai kemakmuran dan keharmonisan bangsa. Kita harus kembali ke jati diri kita sebagai bangsa Timur yang berakar pada nilai-nilai ketimuran.