Pemerintah menekankan transformasi ekonomi sekaligus pembangunan kualitas SDM Indonesia. Dalam setahun terakhir, langkah-langkah pro-rakyat di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai menunjukkan dampak nyata.
Langkah terukur ini mencakup pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja, membuka ruang bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), koperasi, serta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tujuannya agar manfaat pembangunan terasa merata, hingga ke desa dan kota kecil.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa transformasi ini bukan hanya berdampak perubahan struktur ekonomi, tetapi juga perbaikan mutu manusia sebagai subyek pembangunan. Dalam setahun terakhir, puluhan ribu tenaga kerja sektor energi dan pertambangan telah mengikuti pelatihan dan sertifikasi. Hasilnya, lebih dari 276.000 peluang kerja baru tercipta dari proyek hilirisasi.
Pemerintah juga memantau langsung dampak program di lapangan. "Aneka program (ESDM) membuat ibu-ibu bisa menjahit hingga malam, anak-anak belajar dengan cahaya terang, nelayan hasil tangkapannya lebih awet," jelasnya.
Dampak kebijakan ini menunjukkan hasil nyata pada sisi fiskal. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor ESDM hingga semester I 2025 mencapai Rp183,3 triliun atau 71,99% dari target, dengan mineral dan batubara menyumbang Rp100,2 triliun, serta migas Rp73,3 triliun.
Investasi pun meningkat. Hingga Agustus 2025, realisasi investasi sektor ESDM menembus USD17,20 miliar, naik 8,5% dari periode sama tahun 2024 (USD15,85 miliar). Migas mendominasi USD10,22 miliar dan minerba USD3,80 miliar, mencerminkan kepercayaan investor terhadap arah kebijakan pemerintah.
Bahlil menegaskan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari arahan Presiden RI Prabowo Subianto. "Presiden Prabowo telah memandu dengan tepat dan tegas arah baru (kebijakan sektor ESDM) terhadap amanat konstitusi tersebut," kata Bahlil.
Kombinasi transformasi SDM, proyek hilirisasi, dan peningkatan investasi membuka peluang perluasan basis pajak dan penerimaan daerah, sekaligus mendorong keberlanjutan pembangunan ekonomi berbasis energi dan sumber daya mineral.
Langkah terukur ini mencakup pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja, membuka ruang bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), koperasi, serta Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tujuannya agar manfaat pembangunan terasa merata, hingga ke desa dan kota kecil.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa transformasi ini bukan hanya berdampak perubahan struktur ekonomi, tetapi juga perbaikan mutu manusia sebagai subyek pembangunan. Dalam setahun terakhir, puluhan ribu tenaga kerja sektor energi dan pertambangan telah mengikuti pelatihan dan sertifikasi. Hasilnya, lebih dari 276.000 peluang kerja baru tercipta dari proyek hilirisasi.
Pemerintah juga memantau langsung dampak program di lapangan. "Aneka program (ESDM) membuat ibu-ibu bisa menjahit hingga malam, anak-anak belajar dengan cahaya terang, nelayan hasil tangkapannya lebih awet," jelasnya.
Dampak kebijakan ini menunjukkan hasil nyata pada sisi fiskal. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor ESDM hingga semester I 2025 mencapai Rp183,3 triliun atau 71,99% dari target, dengan mineral dan batubara menyumbang Rp100,2 triliun, serta migas Rp73,3 triliun.
Investasi pun meningkat. Hingga Agustus 2025, realisasi investasi sektor ESDM menembus USD17,20 miliar, naik 8,5% dari periode sama tahun 2024 (USD15,85 miliar). Migas mendominasi USD10,22 miliar dan minerba USD3,80 miliar, mencerminkan kepercayaan investor terhadap arah kebijakan pemerintah.
Bahlil menegaskan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari arahan Presiden RI Prabowo Subianto. "Presiden Prabowo telah memandu dengan tepat dan tegas arah baru (kebijakan sektor ESDM) terhadap amanat konstitusi tersebut," kata Bahlil.
Kombinasi transformasi SDM, proyek hilirisasi, dan peningkatan investasi membuka peluang perluasan basis pajak dan penerimaan daerah, sekaligus mendorong keberlanjutan pembangunan ekonomi berbasis energi dan sumber daya mineral.