Setahun Berdampak Listrik di Desa-Desa Terpencil, Cahaya Perubahan Sosial yang Menerangi Hati Bangsa
Di setiap sudut Indonesia, cahaya listrik telah menghiasi rumah-rumah yang dulu hanya didominasi oleh api kayu. Pemerintah melalui program Lisdes dan BPBL berhasil memperluas akses energi ke desa-desa terpencil, memberikan kesempatan bagi warga untuk merasakan perubahan sosial yang signifikan dalam hidup mereka.
Setelah sepuluh tahun dari program ini, sekitar 1.200.000 calon pelanggan baru telah mendapatkan manfaat listrik, menambah rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,1 persen. Namun, ada beberapa wilayah geografis yang masih belum tersentuh oleh cahaya listrik, seperti pulau-pulau kecil dan pedalaman.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah berencana untuk mengembangkan proyek-proyek pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Dengan demikian, target listrik sepenuhnya dapat dicapai pada 2030.
Ratu Energi Sosial-Budaya Indonesia, Bahlil Lahadalia, memberikan kesaksian bahwa pengembangan listrik bukan hanya sekedar akses infrastruktur, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup masyarakat. "Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun juga membuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi," ujarnya.
Kisah nyata warga seperti Ruslam di Desa Bandar Jaya dan Elias Inyomusi di Kampung Iraiweri, distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat, menunjukkan dampak positif yang dirasakan oleh mereka setelah mendapatkan listrik. Mereka tidak lagi khawatir tentang bensin untuk genset dan dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari dengan lebih nyaman.
Perubahan ini bukan sekadar memperkenalkan cahaya, tetapi juga mengubah segala aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kesetaraan dalam pengembangan pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah.
Di setiap sudut Indonesia, cahaya listrik telah menghiasi rumah-rumah yang dulu hanya didominasi oleh api kayu. Pemerintah melalui program Lisdes dan BPBL berhasil memperluas akses energi ke desa-desa terpencil, memberikan kesempatan bagi warga untuk merasakan perubahan sosial yang signifikan dalam hidup mereka.
Setelah sepuluh tahun dari program ini, sekitar 1.200.000 calon pelanggan baru telah mendapatkan manfaat listrik, menambah rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,1 persen. Namun, ada beberapa wilayah geografis yang masih belum tersentuh oleh cahaya listrik, seperti pulau-pulau kecil dan pedalaman.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah berencana untuk mengembangkan proyek-proyek pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Dengan demikian, target listrik sepenuhnya dapat dicapai pada 2030.
Ratu Energi Sosial-Budaya Indonesia, Bahlil Lahadalia, memberikan kesaksian bahwa pengembangan listrik bukan hanya sekedar akses infrastruktur, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup masyarakat. "Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun juga membuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi," ujarnya.
Kisah nyata warga seperti Ruslam di Desa Bandar Jaya dan Elias Inyomusi di Kampung Iraiweri, distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat, menunjukkan dampak positif yang dirasakan oleh mereka setelah mendapatkan listrik. Mereka tidak lagi khawatir tentang bensin untuk genset dan dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari dengan lebih nyaman.
Perubahan ini bukan sekadar memperkenalkan cahaya, tetapi juga mengubah segala aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kesetaraan dalam pengembangan pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah.