Sidoarjo, Indonesia - Sembilan hari lamanya pencarian anak santri yang meninggal dalam kejadian ambruk pondok pesantren Al Khoziny, Farhan (17) akhirnya berakhir dengan kebahagiaan keluarga. Saat itu, jenazahnya teridentifikasi di RS Bhayangkara.
Muhammad Siyam, ayah Farhan, telah menjadi kehabisan harapan setelah sembilan hari terjaga di Posko SAR Gabungan menanti kabar tentang keberadaan anaknya. "Saya ke lokasi mencari Farhan. Sempat ke runtuhan. Tanya ke teman-temannya, Farhan mana? Enggak ada," kata Siyam saat ditemui di rumahnya, di bilangan Kutisari, Surabaya.
Farhan dikenal jarang bicara, namun perilakunya mencerminkan kedewasaan yang tumbuh lebih cepat dari usianya. Ia sering terlihat ke musala untuk salat berjamaah saat pulang ke rumah, terutama ketika ia berlibur pada peringatan Maulid Nabi.
Keluarga Farhan mengatakan bahwa anak mereka adalah sosok yang sederhana dan tak banyak menuntut. Ia tak pernah bercerita tentang cita-citanya, tapi pernah berpesan agar adiknya, yang kini masih kelas tiga SD, disekolahkan di sekolah Islam agar kelak lebih mudah menyesuaikan diri jika ingin mondok.
"Dia dulu bilang ke orang tuanya, 'Kalau bisa adik jangan sekolah di sekolah dasar negeri biar nanti kalau mondok gampang jalannya'," kata sepupunya, Khoiru Ummah.
Keluarga Farhan memilih untuk menerima kehilangan anak mereka, tidak ada amarah, hanya doa dan keyakinan bahwa kejadian yang menimpa Farhan, semua telah digariskan. Mereka percaya bahwa Farhan meninggal di waktu yang baik, saat sedang salat di pondok, tempat dia menuntut ilmu.
Farhan dimakamkan di Bangkalan, di tanah kelahiran ayahnya. Mereka mengantar kepulangan anak pertama dari dua bersaudara itu dengan hati yang nyaris runtuh, tapi pasrah. Karena mereka percaya, Farhan pulang dalam keadaan terbaik.
Gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran itu ambruk, Senin (29/9) pekan lalu. Hingga akhir pencarian, Selasa (7/10), Basarnas mencatat total korban mencapai 171 orang. Terdiri dari 104 selamat, 67 meninggal dunia, termasuk 8 body part atau bagian tubuh.
Rabu (8/10) kemarin, tim Disaster Victim Identification (DVI) Biddokkes Polda Jatim juga telah berhasil mengidentifikasi 40 jenazah korban tragedi Ponpes Al Khoziny.
Muhammad Siyam, ayah Farhan, telah menjadi kehabisan harapan setelah sembilan hari terjaga di Posko SAR Gabungan menanti kabar tentang keberadaan anaknya. "Saya ke lokasi mencari Farhan. Sempat ke runtuhan. Tanya ke teman-temannya, Farhan mana? Enggak ada," kata Siyam saat ditemui di rumahnya, di bilangan Kutisari, Surabaya.
Farhan dikenal jarang bicara, namun perilakunya mencerminkan kedewasaan yang tumbuh lebih cepat dari usianya. Ia sering terlihat ke musala untuk salat berjamaah saat pulang ke rumah, terutama ketika ia berlibur pada peringatan Maulid Nabi.
Keluarga Farhan mengatakan bahwa anak mereka adalah sosok yang sederhana dan tak banyak menuntut. Ia tak pernah bercerita tentang cita-citanya, tapi pernah berpesan agar adiknya, yang kini masih kelas tiga SD, disekolahkan di sekolah Islam agar kelak lebih mudah menyesuaikan diri jika ingin mondok.
"Dia dulu bilang ke orang tuanya, 'Kalau bisa adik jangan sekolah di sekolah dasar negeri biar nanti kalau mondok gampang jalannya'," kata sepupunya, Khoiru Ummah.
Keluarga Farhan memilih untuk menerima kehilangan anak mereka, tidak ada amarah, hanya doa dan keyakinan bahwa kejadian yang menimpa Farhan, semua telah digariskan. Mereka percaya bahwa Farhan meninggal di waktu yang baik, saat sedang salat di pondok, tempat dia menuntut ilmu.
Farhan dimakamkan di Bangkalan, di tanah kelahiran ayahnya. Mereka mengantar kepulangan anak pertama dari dua bersaudara itu dengan hati yang nyaris runtuh, tapi pasrah. Karena mereka percaya, Farhan pulang dalam keadaan terbaik.
Gedung tiga lantai termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran itu ambruk, Senin (29/9) pekan lalu. Hingga akhir pencarian, Selasa (7/10), Basarnas mencatat total korban mencapai 171 orang. Terdiri dari 104 selamat, 67 meninggal dunia, termasuk 8 body part atau bagian tubuh.
Rabu (8/10) kemarin, tim Disaster Victim Identification (DVI) Biddokkes Polda Jatim juga telah berhasil mengidentifikasi 40 jenazah korban tragedi Ponpes Al Khoziny.