Soegondo Djojopoespito, Ketua Kongres Pemuda II tahun 1928 yang memimpin lahirnya keputusan bersejarah: Sumpah Pemuda. Namun, di balik kiprah politik dan nasionalisme, perjalanan pendidikannya menyimpan kisah inspiratif tentang semangat belajar dan perjuangan di masa penjajahan.
Lahir di Tuban, Jawa Timur, pada 22 Februari 1904, Soegondo Djojopoespito merupakan putra dari Kromosardjono, seorang penghulu dan mantri juru tulis desa di Tuban, serta ibunya adalah putri dari Khotib Djojoatmadjo. Ia memiliki seorang adik perempuan bernama Soenarjati yang diasuh oleh pamannya sebagai kolektor pajak di Blora.
Perjalanan pendidikannya dimulai di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Tuban, sekolah dasar khusus pribumi yang dikelola pemerintah kolonial Belanda. Ia menempuh pendidikan selama tujuh tahun, mulai 1911 hingga 1918. Setelah lulus, Soegondo melanjutkan pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Surabaya pada 1918-1921.
Melansir Dinas Kebudayaan DIY, perjalanan pendidikan Soegondo menunjukkan semangat belajar dan perjuangan yang kuat dalam masa penjajahan. Kisah inspiratif ini akan terus menjadi bagian dari sejarah Sumpah Pemuda.
Lahir di Tuban, Jawa Timur, pada 22 Februari 1904, Soegondo Djojopoespito merupakan putra dari Kromosardjono, seorang penghulu dan mantri juru tulis desa di Tuban, serta ibunya adalah putri dari Khotib Djojoatmadjo. Ia memiliki seorang adik perempuan bernama Soenarjati yang diasuh oleh pamannya sebagai kolektor pajak di Blora.
Perjalanan pendidikannya dimulai di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Tuban, sekolah dasar khusus pribumi yang dikelola pemerintah kolonial Belanda. Ia menempuh pendidikan selama tujuh tahun, mulai 1911 hingga 1918. Setelah lulus, Soegondo melanjutkan pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Surabaya pada 1918-1921.
Melansir Dinas Kebudayaan DIY, perjalanan pendidikan Soegondo menunjukkan semangat belajar dan perjuangan yang kuat dalam masa penjajahan. Kisah inspiratif ini akan terus menjadi bagian dari sejarah Sumpah Pemuda.