Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali menimbulkan wacana redenominasi Rupiah, fenomena yang tidak baru di dunia. Beberapa negara telah melakukan hal ini dengan alasan yang beragam, mulai dari hiperinflasi ekstrem, perang, hingga reformasi ekonomi.
Purbaya menegaskan bahwa implementasi redenominasi Rupiah belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun, dia juga menyinggung bahwa kebijakan penyederhanaan nilai mata uang merupakan ranah Bank Indonesia (BI).
Wacana redenominasi mata uang sering mencuat di berbagai negara saat ekonomi tumbuh pesat namun nilai tukar domestik masih bernilai rendah terhadap dolar AS. Langkah ini bertujuan menyederhanakan nominal uang dengan menghilangkan beberapa digit nol, tanpa mengubah daya beli masyarakat.
Namun, apakah redenominasi akan menjadi solusi efisiensi ekonomi atau justru menimbulkan ketidakstabilan baru? Mantan Gubernur Bank Sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BOK) Park Seung dan beberapa ahli yang mendukung redenominasi mengungkapkan penyederhanaan nilai mata uang mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Mereka juga menilai langkah redenominasi dapat menghemat biaya mencetak mata uang.
Sementara itu, Kepala Ekonom Asia-Pasifik di Natixis, Alicia Garcia-Herrero, menilai redenominasi justru bisa menimbulkan kebingungan dan spekulasi politik. Ia mengulas rencana penyederhanaan nilai mata uang dilakukan pemerintah Korea Selatan jelang pemilu lebih sebagai agenda politik.
Banggar DPR juga mengingatkan bahwa redenominasi Rupiah memiliki potensi masalah yang timbul, seperti ketidakstabilan ekonomi dan kebingungan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan yang matang sebelum melakukan langkah ini.
Purbaya menegaskan bahwa implementasi redenominasi Rupiah belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun, dia juga menyinggung bahwa kebijakan penyederhanaan nilai mata uang merupakan ranah Bank Indonesia (BI).
Wacana redenominasi mata uang sering mencuat di berbagai negara saat ekonomi tumbuh pesat namun nilai tukar domestik masih bernilai rendah terhadap dolar AS. Langkah ini bertujuan menyederhanakan nominal uang dengan menghilangkan beberapa digit nol, tanpa mengubah daya beli masyarakat.
Namun, apakah redenominasi akan menjadi solusi efisiensi ekonomi atau justru menimbulkan ketidakstabilan baru? Mantan Gubernur Bank Sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BOK) Park Seung dan beberapa ahli yang mendukung redenominasi mengungkapkan penyederhanaan nilai mata uang mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Mereka juga menilai langkah redenominasi dapat menghemat biaya mencetak mata uang.
Sementara itu, Kepala Ekonom Asia-Pasifik di Natixis, Alicia Garcia-Herrero, menilai redenominasi justru bisa menimbulkan kebingungan dan spekulasi politik. Ia mengulas rencana penyederhanaan nilai mata uang dilakukan pemerintah Korea Selatan jelang pemilu lebih sebagai agenda politik.
Banggar DPR juga mengingatkan bahwa redenominasi Rupiah memiliki potensi masalah yang timbul, seperti ketidakstabilan ekonomi dan kebingungan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan yang matang sebelum melakukan langkah ini.