Banjir Kembali Mengancam Masyarakat Sumut, Ratusan Orang Tinggal di Atas Sumpah
Pemerintah Kabupaten Serdang Pesisir, Sumatera Utara (Sumut), masih belum menemukan solusi untuk mengatasi bencana banjir yang terus menerus mengancam nyawa warga setempat. Lebih dari dua bulan lalu, lautan pasir dan air benar-benar menggenang di beberapa daerah di wilayah tersebut, menyebabkan ratusan rumah dan lahan pertanian menjadi terendam.
Pada akhir Januari 2025, beberapa daerah di Serdang Pesisir mulai mengalami banjir, karena curah hujan yang tidak terkendali dan tanah longsor. Bahkan, beberapa orang kehilangan tempat tinggal mereka, sehingga harus bertabur di atas sumpah untuk menghindari banjir.
"Kami sudah mencoba menunggu sampai-sampai air surut, tapi masih belum bisa kembali ke rumah kami", kata Ibu Sri, seorang ibu muda yang dipaksa tinggal di puncak bukit karena tanah di bawahnya longsor. "Saya khawatir jika tidak ada solusi, aku harus meninggalkan anak-anak saya."
Pemerintah Kabupaten Serdang Pesisir mengatakan bahwa mereka masih dalam proses pemulihan dan penyelamatan warga yang terkena banjir. Namun, banyak warga yang merasa tidak percaya dengan kata-kata pemerintah tersebut.
"Mereka hanya berbicara, tapi tidak ada tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini", katanya Ibu Sri, yang saat ini masih tinggal di rumah adiknya. "Aku harap pemerintah bisa segera menemukan solusi untuk mengatasinya."
Kondisi banjir di Serdang Pesisir tidak hanya membahayakan nyawa warga, tapi juga mengancam lingkungan hidup. Tanah longsor dan curah hujan yang tidak terkendali membuat banyak lahan pertanian menjadi terkena banjir, sehingga produksi pertanian jadi tidak stabil.
"Kami sangat khawatir jika bencana ini berlanjut", kata Bapak Andi, seorang petani yang dipaksakan menaburkan benih di puncak bukit. "Aku harap pemerintah bisa segera menemukan solusi untuk mengatasinya, sehingga kami bisa kembali menjadi petani."
Pemerintah Kabupaten Serdang Pesisir, Sumatera Utara (Sumut), masih belum menemukan solusi untuk mengatasi bencana banjir yang terus menerus mengancam nyawa warga setempat. Lebih dari dua bulan lalu, lautan pasir dan air benar-benar menggenang di beberapa daerah di wilayah tersebut, menyebabkan ratusan rumah dan lahan pertanian menjadi terendam.
Pada akhir Januari 2025, beberapa daerah di Serdang Pesisir mulai mengalami banjir, karena curah hujan yang tidak terkendali dan tanah longsor. Bahkan, beberapa orang kehilangan tempat tinggal mereka, sehingga harus bertabur di atas sumpah untuk menghindari banjir.
"Kami sudah mencoba menunggu sampai-sampai air surut, tapi masih belum bisa kembali ke rumah kami", kata Ibu Sri, seorang ibu muda yang dipaksa tinggal di puncak bukit karena tanah di bawahnya longsor. "Saya khawatir jika tidak ada solusi, aku harus meninggalkan anak-anak saya."
Pemerintah Kabupaten Serdang Pesisir mengatakan bahwa mereka masih dalam proses pemulihan dan penyelamatan warga yang terkena banjir. Namun, banyak warga yang merasa tidak percaya dengan kata-kata pemerintah tersebut.
"Mereka hanya berbicara, tapi tidak ada tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini", katanya Ibu Sri, yang saat ini masih tinggal di rumah adiknya. "Aku harap pemerintah bisa segera menemukan solusi untuk mengatasinya."
Kondisi banjir di Serdang Pesisir tidak hanya membahayakan nyawa warga, tapi juga mengancam lingkungan hidup. Tanah longsor dan curah hujan yang tidak terkendali membuat banyak lahan pertanian menjadi terkena banjir, sehingga produksi pertanian jadi tidak stabil.
"Kami sangat khawatir jika bencana ini berlanjut", kata Bapak Andi, seorang petani yang dipaksakan menaburkan benih di puncak bukit. "Aku harap pemerintah bisa segera menemukan solusi untuk mengatasinya, sehingga kami bisa kembali menjadi petani."