Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa permintaan listrik di Indonesia telah meningkat pesat, terutama di masa pandemi COVID-19 yang berlangsung selama dua tahun. Menurut Presiden, peningkatan ini didukung oleh investasi dana Rp 200 triliun untuk pembangunan infrastruktur energi di beberapa tahun terakhir.
"Permintaan listrik meningkat karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya," kata Presiden Prabowo dalam pidatonya pada acara penutupan festival Energi Indonesia di Jakarta, Selasa (21/8).
Presiden juga menyebutkan bahwa dana Rp 200 triliun tersebut telah digunakan untuk membangun beberapa proyek pembangkit listrik dan jaringan distribusi listrik yang terbaru. "Proyek-proyek ini akan membantu meningkatkan kapasitas produksi listrik dan menjamin stabilitas pasokan energi di Indonesia," kata Presiden.
Namun, kritikus dari pemerintah berpendapat bahwa dana Rp 200 triliun tersebut terlalu sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang sebenarnya. "Dana tersebut hanya dapat memenuhi 20-30% kebutuhan listrik di Indonesia," kata Dr. Ridwan Saidi, peneliti lingkungan dari University of Indonesia.
Menurut Dr. Saidi, pemerintah perlu meningkatkan investasi dana untuk pembangunan infrastruktur energi dan mengurangi biaya produksi listrik untuk dapat menjamin kebutuhan listrik di masa depan. "Jika tidak, maka kita akan mengalami ketergantungan pada impor energi yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan," kata dia.
Presiden Prabowo telah meminta menteri-menteri untuk mempertimbangkan proposal tersebut dan meningkatkan investasi dana untuk pembangunan infrastruktur energi di tahun-tahun mendatang.
"Permintaan listrik meningkat karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya," kata Presiden Prabowo dalam pidatonya pada acara penutupan festival Energi Indonesia di Jakarta, Selasa (21/8).
Presiden juga menyebutkan bahwa dana Rp 200 triliun tersebut telah digunakan untuk membangun beberapa proyek pembangkit listrik dan jaringan distribusi listrik yang terbaru. "Proyek-proyek ini akan membantu meningkatkan kapasitas produksi listrik dan menjamin stabilitas pasokan energi di Indonesia," kata Presiden.
Namun, kritikus dari pemerintah berpendapat bahwa dana Rp 200 triliun tersebut terlalu sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang sebenarnya. "Dana tersebut hanya dapat memenuhi 20-30% kebutuhan listrik di Indonesia," kata Dr. Ridwan Saidi, peneliti lingkungan dari University of Indonesia.
Menurut Dr. Saidi, pemerintah perlu meningkatkan investasi dana untuk pembangunan infrastruktur energi dan mengurangi biaya produksi listrik untuk dapat menjamin kebutuhan listrik di masa depan. "Jika tidak, maka kita akan mengalami ketergantungan pada impor energi yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan," kata dia.
Presiden Prabowo telah meminta menteri-menteri untuk mempertimbangkan proposal tersebut dan meningkatkan investasi dana untuk pembangunan infrastruktur energi di tahun-tahun mendatang.