Proyek 100 Gudang Bulog akan Dibangun dalam Waktu Singkat
Pemerintah menambahkan 100 gudang baru untuk menampung serapan padi dan jagung, produksi petani yang semakin meningkat. Perum Bulog, BUMN yang ditugaskan menyerap hasil produksi tersebut, berencana mengerjakan proyek ini dalam waktu satu tahun.
Direktur Utama Bulog Rizal Ramdhani menekankan bahwa target pembangunan 100 gudang baru ini dapat diselesaikan dalam waktu singkat. "Kita pengennya sih 100 itu setahun jadi," kata dia.
Pemerintah akan memprioritaskan BUMN Karya untuk menggarap proyek dengan anggaran Rp5 triliun tersebut. Rizal menyatakan bahwa gudang ini akan diprioritaskan pada daerah yang belum memiliki fasilitas penyimpanan, termasuk wilayah terdepan, terluar, dan terpencil (3T).
Misalnya, di Nias Selatan dan Morotai, daerah tersebut sangat membutuhkan gudang mengingat akses logistik yang terbatas dan berada di wilayah kepulauan. Gudang ini akan memiliki kapasitas mulai dari 1.000 ton hingga 7.000 ton per gudang.
Rizal juga menekankan bahwa sinkronisasi data dengan Kementerian Pertanian akan dilakukan untuk menentukan lokasi dan spesifikasi yang tepat. Beberapa gudang akan dilengkapi dengan Rice Milling Unit (RMU) dan dryer, khususnya di daerah sentra produksi pangan.
Perubahan musim ini juga membuat petani membutuhkan fasilitas penyimpanan yang lebih baik. "Kenapa? Kalau begitu musim pasang airnya tinggi atau musim barat itu kapal nggak bisa berlayar ke sana. Jadi sehingga perlu mengandalkan gudang tersebut,” tuturnya.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penyimpanan hasil produksi petani dan memantapkan pangan Indonesia.
Pemerintah menambahkan 100 gudang baru untuk menampung serapan padi dan jagung, produksi petani yang semakin meningkat. Perum Bulog, BUMN yang ditugaskan menyerap hasil produksi tersebut, berencana mengerjakan proyek ini dalam waktu satu tahun.
Direktur Utama Bulog Rizal Ramdhani menekankan bahwa target pembangunan 100 gudang baru ini dapat diselesaikan dalam waktu singkat. "Kita pengennya sih 100 itu setahun jadi," kata dia.
Pemerintah akan memprioritaskan BUMN Karya untuk menggarap proyek dengan anggaran Rp5 triliun tersebut. Rizal menyatakan bahwa gudang ini akan diprioritaskan pada daerah yang belum memiliki fasilitas penyimpanan, termasuk wilayah terdepan, terluar, dan terpencil (3T).
Misalnya, di Nias Selatan dan Morotai, daerah tersebut sangat membutuhkan gudang mengingat akses logistik yang terbatas dan berada di wilayah kepulauan. Gudang ini akan memiliki kapasitas mulai dari 1.000 ton hingga 7.000 ton per gudang.
Rizal juga menekankan bahwa sinkronisasi data dengan Kementerian Pertanian akan dilakukan untuk menentukan lokasi dan spesifikasi yang tepat. Beberapa gudang akan dilengkapi dengan Rice Milling Unit (RMU) dan dryer, khususnya di daerah sentra produksi pangan.
Perubahan musim ini juga membuat petani membutuhkan fasilitas penyimpanan yang lebih baik. "Kenapa? Kalau begitu musim pasang airnya tinggi atau musim barat itu kapal nggak bisa berlayar ke sana. Jadi sehingga perlu mengandalkan gudang tersebut,” tuturnya.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penyimpanan hasil produksi petani dan memantapkan pangan Indonesia.