"Sungai Muda Harus Dijaga, Maka Kehidupan Bertahan"
Di tengah perjalanan sejarah manusia, sungai telah menjadi komponen penting dalam kehidupan kita. Namun, di akhir abad ini, sungai-sungai di Indonesia menghadapi ancaman serius yang terjadi karena laju pembangunan dan ketidaknalaran manusia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 70 ribu sungai di Indonesia telah tercemar berat, yaitu 46 persen dari totalnya. Limbah rumah tangga, buangan industri, hingga perubahan lahan menjadi ancaman nyata yang menggerus fungsi ekologisnya.
Kondisi ini tidak dapat dibiarkan sembari-bari. Kita semua harus mengambil tindakan untuk menjaga sungai tetap lestasi. Menjadi kewajiban bersama demi kehidupan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah menunjukkan komitmennya melalui program BRI Peduli, bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Melalui gerakan "Jaga Sungai, Jaga Kehidupan", BRI berkolaborasi dengan Yayasan Sungai Watch untuk menahan sampah rumah tangga agar tidak mencemari laut.
Di salah satu lokasi, Tukad Badung, Denpasar Selatan, Provinsi Bali, kgiatan bersih-bersih sungai telah membawa dampak positif bagi masyarakat pesisir. Ketua Kelompok Nelayan Segara Guna Batu, Yan Kona, menyaksikan langsung perubahan besar di lingkungan yang dulunya sampah begitu numpuk luar biasa.
"Kami harap program ini berkelanjutan, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih untuk masyarakat," ujarnya. Menurut Yan, kegiatan bersih-bersih sungai telah membawa dampak positif bagi ekosistem. Kerang-kerang, ikan-ikan, udang, dan kepiting jumlahnya berkurang.
Kembalinya kehidupan ke sungai bukan sekadar kabar baik bagi ekosistem, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar. Lingkungan pesisir dan hutan mangrove yang kini semakin bersih dapat menjadi magnet wisata dan sumber penghidupan tambahan.
Harapan Yan dan nelayan lain adalah program ini dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat, sehingga kondisi lingkungan pesisir dan hutan mangrove dapat terus meningkat.
Di tengah perjalanan sejarah manusia, sungai telah menjadi komponen penting dalam kehidupan kita. Namun, di akhir abad ini, sungai-sungai di Indonesia menghadapi ancaman serius yang terjadi karena laju pembangunan dan ketidaknalaran manusia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 70 ribu sungai di Indonesia telah tercemar berat, yaitu 46 persen dari totalnya. Limbah rumah tangga, buangan industri, hingga perubahan lahan menjadi ancaman nyata yang menggerus fungsi ekologisnya.
Kondisi ini tidak dapat dibiarkan sembari-bari. Kita semua harus mengambil tindakan untuk menjaga sungai tetap lestasi. Menjadi kewajiban bersama demi kehidupan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah menunjukkan komitmennya melalui program BRI Peduli, bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Melalui gerakan "Jaga Sungai, Jaga Kehidupan", BRI berkolaborasi dengan Yayasan Sungai Watch untuk menahan sampah rumah tangga agar tidak mencemari laut.
Di salah satu lokasi, Tukad Badung, Denpasar Selatan, Provinsi Bali, kgiatan bersih-bersih sungai telah membawa dampak positif bagi masyarakat pesisir. Ketua Kelompok Nelayan Segara Guna Batu, Yan Kona, menyaksikan langsung perubahan besar di lingkungan yang dulunya sampah begitu numpuk luar biasa.
"Kami harap program ini berkelanjutan, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih untuk masyarakat," ujarnya. Menurut Yan, kegiatan bersih-bersih sungai telah membawa dampak positif bagi ekosistem. Kerang-kerang, ikan-ikan, udang, dan kepiting jumlahnya berkurang.
Kembalinya kehidupan ke sungai bukan sekadar kabar baik bagi ekosistem, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar. Lingkungan pesisir dan hutan mangrove yang kini semakin bersih dapat menjadi magnet wisata dan sumber penghidupan tambahan.
Harapan Yan dan nelayan lain adalah program ini dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat, sehingga kondisi lingkungan pesisir dan hutan mangrove dapat terus meningkat.