Sosok Sabrina Alatas, seorang chef muda yang lahir dari keluarga pengusaha, saat ini hangat dibicarakan warganet. Ia merupakan putri dari Jay Alatas dan Vitha Rusdi, pengusaha dan penyanyi jazz yang pernah menikah dengan artis Christy Jusung.
Sabrina memilih untuk meniti jalan hidupnya sendiri dengan berfokus pada passion-nya di dunia gastronomi. Ia merupakan pemilik sekaligus chef di beberapa restoran ternama, termasuk Manje - Bowls, Baos, Brews dan Ze Kitchen Galerie di Paris.
Perjalanan Sabrina di dunia masak-memasak dimulai sejak usia muda. Ia lulus dari Le Cordon Bleu Paris, salah satu sekolah kuliner paling bergengsi di dunia, dan memulai karier profesionalnya pada tahun 2014. Sebelum menempuh pendidikan kuliner di Prancis, ia bersekolah di BiNus International School Simprug dan Global Jaya International School.
Menjadi chef sebenarnya bukan cita-cita masa kecilnya Sabrina. Ia ingin menjadi civil engineer atau arsitek, tapi hobi memasak di rumah akhirnya membawanya pada jalan yang kini ia tekuni. Ia mengakui bahwa bekerja di dapur profesional tidaklah mudah, tantangannya bahkan ia bandingkan dengan dunia militer karena mental dan fisik yang sama-sama diuji.
Sabrina menolak stereotip bahwa dapur profesional hanya untuk pria. Ia membuktikan bahwa kemampuan, bukan gender, yang menentukan kualitas seorang chef. Meski telah sukses dengan restorannya, Sabrina menegaskan bahwa pekerjaannya di sini sebagai wadah pembelajaran dan batu loncatan menuju impian yang lebih besar untuk membuka bisnis di bidang yang sama suatu hari nanti.
Saat ditanya apa yang paling ia banggakan saat ini, Sabrina menjawab jika ia merasa puas karena saat ini sudah bisa hidup sendiri. Ia tak lagi bergantung pada orang tuanya lagi dan mampu menghidupi dirinya sendiri.
Sabrina memilih untuk meniti jalan hidupnya sendiri dengan berfokus pada passion-nya di dunia gastronomi. Ia merupakan pemilik sekaligus chef di beberapa restoran ternama, termasuk Manje - Bowls, Baos, Brews dan Ze Kitchen Galerie di Paris.
Perjalanan Sabrina di dunia masak-memasak dimulai sejak usia muda. Ia lulus dari Le Cordon Bleu Paris, salah satu sekolah kuliner paling bergengsi di dunia, dan memulai karier profesionalnya pada tahun 2014. Sebelum menempuh pendidikan kuliner di Prancis, ia bersekolah di BiNus International School Simprug dan Global Jaya International School.
Menjadi chef sebenarnya bukan cita-cita masa kecilnya Sabrina. Ia ingin menjadi civil engineer atau arsitek, tapi hobi memasak di rumah akhirnya membawanya pada jalan yang kini ia tekuni. Ia mengakui bahwa bekerja di dapur profesional tidaklah mudah, tantangannya bahkan ia bandingkan dengan dunia militer karena mental dan fisik yang sama-sama diuji.
Sabrina menolak stereotip bahwa dapur profesional hanya untuk pria. Ia membuktikan bahwa kemampuan, bukan gender, yang menentukan kualitas seorang chef. Meski telah sukses dengan restorannya, Sabrina menegaskan bahwa pekerjaannya di sini sebagai wadah pembelajaran dan batu loncatan menuju impian yang lebih besar untuk membuka bisnis di bidang yang sama suatu hari nanti.
Saat ditanya apa yang paling ia banggakan saat ini, Sabrina menjawab jika ia merasa puas karena saat ini sudah bisa hidup sendiri. Ia tak lagi bergantung pada orang tuanya lagi dan mampu menghidupi dirinya sendiri.