Profil dr Gia Pratama & Kisah Rahim Copot yang Viral

Gia Pratama, seorang dokter yang aktif membagikan pengetahuan medis melalui media sosial, ternyata memiliki pengalaman menangani pasien dengan kondisi rahim copot yang tidak biasa. Cerita ini kembali dibawa ke permukaan di podcast Raditya Dika, dimana Gia menceritakan pengalamannya saat menjadi dokter yang bertugas di IGD di RSUD dr Slamet, Garut.

Menurut Gia, pasien tersebut adalah seorang ibu yang baru saja melahirkan dengan bantuan paraji atau dukun beranak. Saat bayi sudah dilahirkan dengan selamat, paraji masih harus mengeluarkan ari-arinya. Namun, bukannya menunggu ari-ari tersebut keluar, paraji memilih untuk menarik plasenta yang masih menempel dengan rahim. Gia tak tunggu waktu lama dan langsung menghubungi dokter obgyn atau dokter kandungan.

Setelah tubuh pasien mulai dibuka, terlihat darah di perutnya menggenang akibat dari rahim copot tersebut. Gia dan dokter kandungan berupaya keras untuk mencari pusat pendarahan dan menjepitnya. Namun, karena diketahui jika usus pasien juga robek, mereka meminta dokter bedah untuk ikut dalam operasi.

Setelah melalui operasi yang menegangkan, beberapa hari kemudian pasien selamat dan pulang kembali ke rumahnya. Cerita ini menunjukkan betapa pentingnya ketepatan waktu dan koordinasi antara tim medis dalam menangani kasus-kasus darurat seperti rahim copot.

Gia Pratama, sebagai dokter yang berpengalaman, menekankan pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam menangani kondisi-kondisi medis yang tidak biasa. Ia juga menunjukkan kepedulian dan komitmen yang tinggi dalam memberikan perawatan yang tepat kepada pasien.

Dengan cerita ini, kita dapat melihat betapa pentingnya edukasi kesehatan dan pengetahuan medis dalam mencegah dan menangani kasus-kasus darurat seperti rahim copot.
 
Maksudnya, kasus pasien rahim copot itu sangatlah serius πŸ€•. Mencermati bagaimana paraji itu memilih untuk menarik plasenta yang masih menempel dengan rahim, walaupun bukan saatnya tepat 😬. Apalagi karena usus pasien juga robek, itu semua menjadi masalah yang sangat kompleks πŸ’”.

Saya pikir ini adalah contoh bagaimana pengetahuan medis dan keterampilan dokter sangatlah penting dalam menangani kasus-kasus darurat seperti rahim copot πŸ’‰. Tidak hanya itu, perlu juga ada edukasi kesehatan yang lebih baik agar pasien tidak melakukan hal-hal yang tidak seimbang πŸ˜’.

Saya senang melihat Gia Pratama, sebagai dokter yang berpengalaman, menekankan pentingnya koordinasi tim medis dalam menangani kasus-kasus darurat seperti rahim copot πŸ‘₯. Ini semua sangatlah penting agar pasien dapat menerima perawatan yang tepat dan segera pulih kembali πŸ’ͺ.
 
Wah, cerita ni buat jantung berdegup! Paraji yang bikin pasien berasa nyaman banget tapi malah membuat rahim copot, itu gampang-gampingan ya! Makanya penting juga kita belajar dari pengalaman Gia Pratama, dia tahu apa-apa yang harus dilakukan agar pasien selamat. Dan aku pun setuju, edukasi kesehatan dan pengetahuan medis sangat penting banget dalam mencegah dan menangani kasus-kasus darurat seperti rahim copot. Kita harus selalu waspada dan siap untuk membantu orang lain saat mereka membutuhkan πŸ€πŸ’Š
 
ini cerita yang benar-benar ngakak banget pasien itu dipaksa paraji untuk keluarkan ari-ari nya di tengah proses delivery... siapa bilang paraji bisa punya pengalaman dan pengetahuan yang cukup untuk melakukan hal ini? apa lagi kalau pasien itu baru saja melahirkan dan tubuhnya masih lembek banget πŸ˜‚πŸ€― sebenarnya ada banyak cara lain untuk menanganani kondisi rahim copot yang tidak biasa, seperti dengan menggunakan teknik medis yang lebih modern dan canggih. saya harap para dokter dan profesional kesehatan bisa belajar dari kesalahan ini dan berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan perawatan yang tepat kepada pasien πŸ’ŠπŸ‘¨β€βš•οΈ
 
πŸ˜΅πŸ‘Ž Jangan terkejut banget kalau pasien paraji itu gini, bisa terjadi ya! πŸ˜… Lalu bagaimana kira dia bisa menunggu ari-arinya keluar? Gimana caranya dia tahu kalau harus menarik plasenta juga? πŸ€” Itu bikin keren banget kalau ada yang salah dan pasien punya rasa sakit yang parah. Bayangin pasien itu dengan perutnya gatal-gatal, darah menggenang, dan harus tiba-tiba operasi! 😡 Wajib jaga diri kita ya, tapi toh malah ada yang salah penuh dan pasien punya kesalahan yang parah! 😑
 
🀯 Rasanya sangat perlu kita perhatikan ketika terjadi situasi darurat di rumah sakit, apalagi saat terjadi kecelakaan atau kondisi yang tidak biasa. Kita harus ingat bahwa pasien bukan hanya mengandalkan dokter, tapi juga keterlibatan tim medis lainnya seperti bedah dan obgyn 😊. Kalau ga salah, aku pernah lihat kasus di rumah sakit kecilmalang yang ada pasien harus menginjak seluruh dada saat sedang menikah, karena ada kelainan kondisi rahim yang membuat plasenta terjebak. Aku sendiri juga pernah lihat pasien yang harus berobat di ruang operasi saat masih hamil 6 bulan 😱. Semoga kita semua bisa lebih siap dan waspada saat terjadi situasi darurat seperti ini πŸ’ͺ🏼
 
Gue pikir, sih cerita pasien ibu paraji itu memang benar-benar memalukan. Banyak orang yang masih percaya pada dukun beranak dan cara-cara tradisional lainnya. Tapi, di sisi lain, juga ada banyak dokter yang belum pernah melihat kasus seperti itu sebelumnya. Maka dari itu, gue tidak punya pendapat apapun tentang apa yang benar atau salah. Yang jelas, pasien tersebut sangat beruntung karena mendapatkan bantuan yang tepat waktu dan koordinasi tim medis yang baik. Tapi, siapa bilang bahwa sistem perawatan medis di Indonesia sudah sempurna? Gue masih ragu-ragu tentang efektivitas beberapa teknologi medis yang digunakan hari ini... πŸ€”
 
Gia Pratama's pengalaman sebagai dokter memang bisa membuat kita ingat betapa pentingnya ketepatan waktu dan kerja sama tim dalam menangani kondisi darurat seperti rahim copot πŸ€•. Tapi apa yang lebih penting adalah Gia juga menunjukkan bagaimana pentingnya edukasi kesehatan dan pengetahuan medis untuk mencegah kasus-kasus ini terjadi di pertama-tama 😊. Jika kita bisa memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan, kita akan lebih sadar akan bahaya-bahayanya dan dapat mengambil tindakan segera untuk mencegahnya πŸ™. Dan ini juga membuat kita ingat bahwa sebagai masyarakat, kita harus bersikap proaktif dalam menjaga kesehatan kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita πŸ’–.
 
Wajar banget nih, pasien itu kayak gila aja nulis di dada mereka sendiri 🀯. Siapa bilang paraji bisa ngeluarin ari-arinya sambil masih di dalam rahim? Aku pikir lebih baik bawa ke dokter dulu dan lihat apa yang terjadi lalu. Dan kenapa paraji harus menarik plasenta sendiri? Itu kayak orang jujur, kan? πŸ€·β€β™‚οΈ Tapi aku setuju bahwa koordinasi tim medis penting banget, tapi aku masih ragu nih...
 
Aku pikir paraji yang memakai cara "duku beranak" itu gak boleh banget ya? Kalau udah bayi keluar, plasenta pasti harus keluar juga, kan? Tapi paraji yang terus menariknya... aku rasa itu gak cuma kebiasaan, tapi juga bisa jadi ada masalah lain yang nggak kita ketahui. Aku pikir lebih baik kalau paraji itu langsung pulang ke rumah dengan pasien dan biarkan dokter bedah atau apa aja yang tepat untuknya. Dan aku rasa Gia Pratama udah berani banget ngobrol tentang itu di podcast... tapi aku gak ngerti kenapa paraji itu masih gak mau menarik plasenta...
 
Aku nggak tahu apakah aku setuju dengar cerita ini... tapi aku tahu pasti aku tidak tahan dengerin pasien itu perlu menunggu paraji mengeluarkan ari-ari selama berhari-hari... itu terlalu lama! 🀯 Aku pikir sebaiknya dokter langsung ambil tindakan darurat dan buang plasenta yang masih menempel. Tapi, aku juga nggak yakin apakah aku benar atau salah... mungkin ada alasan lain yang aku tidak ketahui... πŸ€” Aku hanya ingin melihat pasien itu cepat pulih dan tidak mengalami kerusakan lebih lanjut... tapi aku tetap tidak tahan dengan proses perawatan yang lama... 😬
 
Gue pikir kalau pasien itu gak perlu banget menghubungi paraji dulu, kan? Kalau mau keluar ari-ari, pasien itu boleh langsung ke dokter atau rumah sakit, deh. Tapi jelas-jelas pasien itu tidak tahu cara berpaksa, dan sekarang kita harus membantu. Gue juga penasaran mengapa paraji yang dipercaya bisa banget menarik plasenta itu, sih... dan bukannya ke dokter dulu?
 
ini kasus yang bingung banget, aku pikir kalau paraji di luar sana cuma ingin dibelanjakan aja kayaknya, siapa nih yang mau berisik di tengah perut pacarnya? tapi kalau pasien ini udah kelahiran bayinya, itu beda lagi, harus apa lagi ada masalah. aku rasa Gia Pratama jujur banget dalam ceritanya, dia nggak ragu-ragu untuk menghubungi dokter lain dan meminta bantuan, itu bukti kalau dia benar-benar peduli dengan pasien. tapi gampang banget nih kalau ada kesalahan di operasi, itu bisa bikin pasien jadi korban lagi.
 
ini cerita yang seru banget! si dokter itu harus bertugas di igrd sambil ngobrol sama paraji yang bener-bener aja tidak ngerti apa-apa. tapi sayangnya pasien itu memilih untuk menarik plasenta dengan lepas aja, padahal dokter itu sudah tahu kalau itu bisa menyebabkan darah menggenang di perut pasien. tapi jangan sabar sih, dokter itu langsung hubungi tim medis dan operasi segera, aku rasa pasien itu kaya banget dengan kesempatan kehidupan yang berjalan lancar setelah operasinya.

aku rasa ini penting banget, kita harus selalu waspada dan tidak sabar dalam menghadapi kasus-kasus darurat seperti rahim copot. kita harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk menangani kondisi-kondisi medis yang tidak biasa. dan yang paling penting, kita harus memiliki komitmen tinggi untuk memberikan perawatan yang tepat kepada pasien. πŸ€•πŸ’‰
 
kembali
Top