Prabowo Subianto memperbarui daftar tokoh-tokoh Pahlawan Nasional, dengan menetapkan 10 tokoh baru yang dianugerahi gelar tersebut. Sepuluh tokoh ini telah dipilih karena telah berkontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan atau telah terlibat dalam upaya yang sangat penting untuk Indonesia.
K.H. Abdurachman Wahid, atau Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia yang menjabat dari tahun 1999 hingga 2001, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena komitmennya terhadap keberagaman. Ia merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari.
Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto, yang menjabat sebagai presiden selama 31 tahun dan 70 hari, juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional meski mendapat penolakan dari sebagian masyarakat Indonesia. Selama masa jabatannya, Indonesia mengalami peristiwa pelanggaran HAM berat hingga lekat dengan korupsi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Marsinah, seorang aktivis serikat buruh independen yang dibunuh pada Mei 1993 karena represi brutal kediktatoran Pemerintah saat itu. Ia bertindak sebagai negosiator untuk 500 pekerja yang melakukan pemogokan karena perusahaan tempat mereka bekerja gagal menerapkan upah minimum dan otonomi serikat buruh.
Mochtar Kusumaatmaja, mantan Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri dari tahun 1978 sampai 1988. Ia juga merupakan seorang akademisi dan diplomat yang dikenal sebagai konseptor Wawasan Nusantara dan perumus konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State).
Hj. Rahma El Yunusiyyah, pendiri Diniyah Putri, perguruan yang saat ini meliputi taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Ia memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang serta menjamin seluruh perbekalan dan pengadaan alat senjata.
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, mertua dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau ayah dari Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono). Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Sultan Muhammad Salahuddin, Sultan ke-14 Kesultanan Bima yang memimpin pada tahun 1917-1942. Ia berperan besar dalam perluasan Kesultanan Bima dan memiliki kontribusi signifikan terhadap peristiwa sejarah di wilayah tersebut.
Syaikhona Muhammad Kholil, ulama besar dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Nama "Syaikhona" merupakan bentuk penghormatan karena dia adalah guru dari para syekh atau ulama tanah air.
Tuan Rondahaim Saragih Garingging, pejuang asal Kerajaan Raya, Simalungun, Sumatera Utara. Ia terlibat dalam perang melawan kolonialisme Belanda dan memperjuangkan hak-hak masyarakat Simalungun.
Sultan Zainal Abidin Syah, Sultan Tidore ke-37 disebut sebagai tokoh pemersatu Wilayah Papua Barat. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena perannya dalam mempersatukan wilayah Papua Barat dan memperkuat keberdayaan masyarakat setempat.
Dengan demikian, Prabowo Subianto telah menetapkan 10 tokoh baru yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Mereka merupakan contoh inspiratif bagi generasi muda untuk terus berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan dan memajukan Indonesia.
K.H. Abdurachman Wahid, atau Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia yang menjabat dari tahun 1999 hingga 2001, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena komitmennya terhadap keberagaman. Ia merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari.
Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto, yang menjabat sebagai presiden selama 31 tahun dan 70 hari, juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional meski mendapat penolakan dari sebagian masyarakat Indonesia. Selama masa jabatannya, Indonesia mengalami peristiwa pelanggaran HAM berat hingga lekat dengan korupsi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Marsinah, seorang aktivis serikat buruh independen yang dibunuh pada Mei 1993 karena represi brutal kediktatoran Pemerintah saat itu. Ia bertindak sebagai negosiator untuk 500 pekerja yang melakukan pemogokan karena perusahaan tempat mereka bekerja gagal menerapkan upah minimum dan otonomi serikat buruh.
Mochtar Kusumaatmaja, mantan Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri dari tahun 1978 sampai 1988. Ia juga merupakan seorang akademisi dan diplomat yang dikenal sebagai konseptor Wawasan Nusantara dan perumus konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State).
Hj. Rahma El Yunusiyyah, pendiri Diniyah Putri, perguruan yang saat ini meliputi taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Ia memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang serta menjamin seluruh perbekalan dan pengadaan alat senjata.
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, mertua dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau ayah dari Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono). Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Sultan Muhammad Salahuddin, Sultan ke-14 Kesultanan Bima yang memimpin pada tahun 1917-1942. Ia berperan besar dalam perluasan Kesultanan Bima dan memiliki kontribusi signifikan terhadap peristiwa sejarah di wilayah tersebut.
Syaikhona Muhammad Kholil, ulama besar dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Nama "Syaikhona" merupakan bentuk penghormatan karena dia adalah guru dari para syekh atau ulama tanah air.
Tuan Rondahaim Saragih Garingging, pejuang asal Kerajaan Raya, Simalungun, Sumatera Utara. Ia terlibat dalam perang melawan kolonialisme Belanda dan memperjuangkan hak-hak masyarakat Simalungun.
Sultan Zainal Abidin Syah, Sultan Tidore ke-37 disebut sebagai tokoh pemersatu Wilayah Papua Barat. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena perannya dalam mempersatukan wilayah Papua Barat dan memperkuat keberdayaan masyarakat setempat.
Dengan demikian, Prabowo Subianto telah menetapkan 10 tokoh baru yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Mereka merupakan contoh inspiratif bagi generasi muda untuk terus berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan dan memajukan Indonesia.