Pramono Respons Warga Tolak Pengolahan Sampah RDF Rorotan

Jakarta, Konflik Antara Gubernur DKI dan Warga di Rorotan.

Pramono Anung, gubernur DKI Jakarta, mengakui bahwa ada dua masalah terkait dengan RDF Plant di Rorotan, Jakarta Utara. Pertama, penanganan sampah yang belum diolah menyebabkan bau di sekitar fasilitas pengolahan sampah tersebut.

"Saya mengakui secara jujur, problemnya adalah di pengangkutan dan sampahnya," kata Pramono di Jakarta Pusat, Senin (3/10). Ia juga menekankan bahwa sampah yang dikirim ke Rorotan seharusnya hanya ditampung maksimal dua hingga lima hari.

Namun, warga dari beberapa kluster perumahan di sekitar RDF Plant Rorotan mengklaim bahwa bau yang menyebabkan masalah tersebut lebih parah daripada yang dikatakan oleh Gubernur Pramono. Mereka menilai bahwa air lindi tumpah di jalanan dan memicu bau, sehingga menyebabkan warga sakit.

"Kami berharap RDF ini ditutup karena sudah tiga kali melakukan uji coba tapi hasilnya masih berdampak kepada warga. Ada yang sakit mata, batuk pilek, hingga Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)," kata Koordinator Forum Warga & Ketua RT.18 Cakung Timur, Wahyu Andre Maryono di Jakarta, Senin.

Dalam tiga kali uji coba yang dilakukan RDF Plant Rorotan, hasilnya tetap sama, yakni masih mencemari udara dan lingkungan yang berdampak langsung kepada masyarakat sekitar.
 
aku rasa kalau RDF plant itu harus dihentikan dulu sampai hasil uji cobanya benar-benar nol. tapi jangan ditutup lagi kalau masih ada cara untuk mengatasi masalah udara yang tidak sehat. aku pikir warga harus diajak berdiskusi dengan pihak RDF plant agar bisa mencari solusi bersama-sama. kita nggak boleh terburu-buru menyelesaikan masalah ini, karena keamanan dan kesehatan masyarakat yang jadi prioritas. aku rasa ada cara lain yang bisa dicoba, seperti menggunakan teknologi baru untuk mengolah sampah atau mencari bantuan dari lembaga internasional.
 
itu gini, kalian tidak sabar-sabar sama sekali lagi dengan bau di Rorotan kan? 🤯 apa yang bisa dilakukan sih, kalau punya sampah kena diolah dengan cepat? tapi apa yang terjadi, sampahnya kena ditampung minimal 2-5 hari aja. waktunya sih untuk dibawa ke tempat pengolahan sampah yang benar. dan kalau sudah tidak bisa diolah, kenapa harus dipaksa lagi ke Rorotan? 🤔 tapi apa yang aku lihat, warga already stress banget karena air lindi di sekitar fasilitas itu. itulah prioritasnya sih, bukan ngajak siapa saja untuk membawa sampah yang tidak perlu. dan kalau punya uji coba yang gagal lagi, kenapa tidak dicoba lagi? 🤷‍♂️
 
🤔 Masalahnya kayaknya serius banget, tapi apa yang diutamakan sih? Sampah atau kesehatan warga? 🤕 Gubernur Pramono kayaknya mau fokus pada masalah pengangkutan sampah, tapi warga di Rorotan bilang bau itu lebih parah daripada itu. 🚮 Mungkin harus ada solusi yang lebih baik, nggak bisa hanya fokus pada satu masalah saja. Dan apa dengan tiga kali uji coba yang sudah gagal? 🤔 Maka dari itu, warga seharusnya mendapat perhatian lebih serius dari pihak gubernur, dan ada solusi yang lebih cepat untuk menyelesaikan masalah ini, nggak bisa sampai warga sakit karena bau itu! 😷
 
Gue rasa konflik ini gede banget! Siapa yang salah sih? Mereka (RDF Plant) sini kaya nggak perhatikan dampaknya terhadap masyarakat, tapi warga juga gesssss, bukan? Gue pikir ada solusi lain dari cara mereka kira kalau hanya tutup RDF aja. Kita butuh kesadaran dan kerjasama yang lebih baik, kamu (RDF Plant) harus perbaiki sistem pengolahan sampahmu, dan warga juga harus bisa berkomunikasi dengan lebih baik, nggak? 😊
 
Rumah tangganya ini jadi makin lama makin panas, apa lagi kalau sampahnya belum diolah. Tapi aku pikir masalahnya jangan hanya disebutkan pada pengolahan sampah, tapi ada juga masalah lain seperti transportasi yang tidak baik, dan sampah yang diangkut ke sana masih banyak terjebak di tempat parkir. Aku rasa warga RT.18 Cakung Timur ini kudu lebih berani mengusir orang-orang yang kuda jadi penumpang tanpa izin, lho! 😒
 
Paham banget, tapi aku pikir ada solusi dari kedua pihak. Warga Jakarta Utara harus lebih peduli dengan sampahnya, jangan biarkan sampah sembarangan itu di samping-sambing ya. Dan gembira deh kalau RDF Plant punya kebijakan untuk menampung sampah maksimal dua hingga lima hari. Tapi, aku juga paham warga Cakung Timur yang sakit-sakit karena bau dari RDF Plant, itu memang bukan baik banget. Aku harap bisa dipadamkan ya, tapi aku juga percaya bahwa dengan kerja sama, kita bisa menemukan solusi.
 
Gue pikir ini bikin kita perlu bereflex apa itu konflik di antara pemerintah dan rakyat, kalau tidak ada komunikasi yang baik, aja masalah makin besar. Sampah punya bau yang parah, tapi warga jg mengalami masalah kesehatan, kayaknya penting kita cari solusi bersama, bukan sengaja memecat warga. Jika RDF Plant Rorotan harus ditutup, tapi bagaimana solusinya? Mereka harus mulai dari rancangan yang lebih baik dan tidak hanya menerima uji coba yang sama setiap kali. Kalau tidak ada solusi, apa yang harus dilakukan dengan warga yang sakit? Itu bikin kita perlu refleksi tentang bagaimana kita mengatasi masalah bersama-sama, jangan sengaja menyinggung orang lain.
 
Makasih informasinya! Saya pikir juga sampe ada masalah kriya di RDF plant Rorotan ini. Bau dari sampah di sini memang parah banget, nggak bisa dipernapasan jadi warga sakit aja! Tapi, saya rasa ada masalah lain lagi yaitu pengelolaan sampah itu sendiri. Jika sampah dikirim ke tempat ini seharusnya hanya ditampung maksimal 2-5 hari, tapi apa sih prosesnya nanti? Bagaimana kalau sampah itu sudah tidak bisa diolah atau rusak? 🤔🚮

Saya rasa penting banget kita ada diskusi lebih lanjut tentang ini. Mungkin ada yang tahu solusinya ya! 🤗
 
ada yang pikir RDF Plant itu harus ditutup karena sudah tiga kali uji coba dan hasilnya masih berdampak pada warga? tapi gue rasa ada yang salah, kalau sudah tiga kali uji coba dan hasilnya sama-samanya tapi bisa menimbulkan masalah bagi warga, mungkin kira-kira apa yang harus diubah sih?

apa kalau kita fokus pada pengelolaan sampah itu dulu? jadi gak ada sampah yang berlaku di area itu. tapi aku rasa ada yang lebih penting lagi, yaitu efektivitas uji coba yang dilakukan RDF Plant itu sendiri, harusnya sudah bisa menentukan apakah benar-benar tidak ada dampak pada warga atau belum, tapi ternyata masih sama-samanya... apa yang mau diubah sih? 🤔💡
 
Pernah bayangin apa yang akan terjadi kalau sampah di Jakarta tumpah ke sungai atau air tanah? Nggak cuma bau yang parah, tapi juga bisa memicu penyakit menyerang warga yang tidak bersipil 😷. Gubernur Pramono harus ngatur-ngatur aja masalah ini, kan sih 🤔. Tapi apa kebijakan di Jakarta belom matang yet? 🙄 Banyak kalimat yang salah di sini juga, misalnya "penanganan sampah yang belum diolah" harus jadi "pemilihan tempat pembuangan sampah" 👍. Dan juga ada kata "masyarakat sekitar" yang harus jadi "warga setempat" 👌.
 
Mereka malah menangis di depan wajah Gubernur 🙅‍♂️. Bau itu bukan cuma bau, itu juga bau bagi mereka yang sakit. Mereka berhak memiliki lingkungan yang aman dan bersih 💚. Apalagi sudah ada uji coba yang tiga kali dilakukan tapi hasilnya masih sama 🤦‍♂️. Mungkin Gubernur harus kembali ke tatausahaan sampah ini, memanggil teknisi dan membuat rencana yang jelas untuk mengatasinya 😬.
 
kembali
Top