Pada periode 17-23 Oktober 2025, Indonesia mengalami perubahan musim yang membuat cuacanya lebih panas dan terik, seperti pancaroba. Hal ini disebabkan oleh pergerakan matahari di bulan Oktober yang sedikit di selatan ekuator, sehingga bagian tengah dan selatan Indonesia menerima pemanasan yang intens.
Cuaca terik ini memicu terbentuknya awan Cumulonimbus yang membawa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, berdurasi singkat, bersifat lokal, dan berpotensi disertai petir dan angin kencang. Di sore hari, sebagian besar wilayah di Indonesia akan diguyur hujan dengan tingkat intensitas yang beragam.
Masyarakat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi bahaya hidrologi. BMKG juga mengimbau masyarakat untuk memantau informasi cuaca secara online sehingga dapat menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan kondisi cuaca.
Pada periode tersebut, suhu maksimum udara tercatat mencapai 38°C di beberapa lokasi di Indonesia. Selain itu, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat pada sore hingga malam hari akibat adanya aktivitas konvektif lokal terjadi di beberapa wilayah.
Hal ini didukung oleh kombinasi gerak semu matahari di bulan Oktober yang sedikit di selatan ekuator, sehingga bagian tengah dan selatan Indonesia menerima pemanasan yang intens. Faktor lain terjadinya cuaca terik dan panas ialah adanya pengaruh Monsun Australia di beberapa wilayah di Indonesia.
BMKG memperkirakan cuaca panas yang terjadi di sejumlah kota di Indonesia berakhir pada akhir Oktober atau awal November 2025. Kondisi atmosfer yang relatif labil dapat memicu terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Sirkulasi siklonik masih terpantau di barat Sumatera dan di Laut Natuna, yang membentuk daerah konvergensi dan konfluensi di wilayah sekitarnya.
Gelombang Rossby dan Kelvin juga memicu pembentukan awan konvektif di beberapa wilayah Indonesia. Sementara itu, kondisi atmosfer lokal yang labil dan mendukung pembentukan awan konvektif menyebabkan meningkatnya peluang terjadinya hujan di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam beberapa hari terakhir, suhu maksimum udara mencapai 38°C. Awan Cumulonimbus membawa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada sore dan malam hari akibat aktivitas konvektif lokal di beberapa wilayah, seperti Belawan, Sumatera Utara; Deli Serdang, Sumatera Utara; dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
BMKG menempatkan beberapa wilayah di Indonesia dalam kategori hujan dengan intensitas sedang. Wilayah tersebut meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat.
Selain itu, BMKG juga menempatkan beberapa wilayah di Indonesia dalam kategori hujan lebat – sangat lebat. Wilayah tersebut meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Cuaca terik ini memicu terbentuknya awan Cumulonimbus yang membawa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, berdurasi singkat, bersifat lokal, dan berpotensi disertai petir dan angin kencang. Di sore hari, sebagian besar wilayah di Indonesia akan diguyur hujan dengan tingkat intensitas yang beragam.
Masyarakat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi bahaya hidrologi. BMKG juga mengimbau masyarakat untuk memantau informasi cuaca secara online sehingga dapat menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan kondisi cuaca.
Pada periode tersebut, suhu maksimum udara tercatat mencapai 38°C di beberapa lokasi di Indonesia. Selain itu, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat pada sore hingga malam hari akibat adanya aktivitas konvektif lokal terjadi di beberapa wilayah.
Hal ini didukung oleh kombinasi gerak semu matahari di bulan Oktober yang sedikit di selatan ekuator, sehingga bagian tengah dan selatan Indonesia menerima pemanasan yang intens. Faktor lain terjadinya cuaca terik dan panas ialah adanya pengaruh Monsun Australia di beberapa wilayah di Indonesia.
BMKG memperkirakan cuaca panas yang terjadi di sejumlah kota di Indonesia berakhir pada akhir Oktober atau awal November 2025. Kondisi atmosfer yang relatif labil dapat memicu terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Sirkulasi siklonik masih terpantau di barat Sumatera dan di Laut Natuna, yang membentuk daerah konvergensi dan konfluensi di wilayah sekitarnya.
Gelombang Rossby dan Kelvin juga memicu pembentukan awan konvektif di beberapa wilayah Indonesia. Sementara itu, kondisi atmosfer lokal yang labil dan mendukung pembentukan awan konvektif menyebabkan meningkatnya peluang terjadinya hujan di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam beberapa hari terakhir, suhu maksimum udara mencapai 38°C. Awan Cumulonimbus membawa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada sore dan malam hari akibat aktivitas konvektif lokal di beberapa wilayah, seperti Belawan, Sumatera Utara; Deli Serdang, Sumatera Utara; dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
BMKG menempatkan beberapa wilayah di Indonesia dalam kategori hujan dengan intensitas sedang. Wilayah tersebut meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat.
Selain itu, BMKG juga menempatkan beberapa wilayah di Indonesia dalam kategori hujan lebat – sangat lebat. Wilayah tersebut meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur.