Polda Metro Jaya menelusuri asal senjata api rakitan yang digunakan pelaku penembakan terhadap seorang anggota Hansip di Cakung, Jakarta Timur. Senjata yang digunakan adalah satu pucuk revolver warna silver beserta tiga peluru dan dua selongsong peluru.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto mengatakan bahwa tim penyidik sedang mendalami asal-usul senjata api yang diperoleh kedua tersangka. "Kami sedang mendalami sumber dari mana senpi tersebut diperoleh. Kami akan terus melakukan pengembangan dari jaringan ini," ungkap Kombes Budi Hermanto.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanudin, mengatakan bahwa senjata api rakitan kemungkinan didapat dari jaringan peredaran senpi ilegal. Namun, belum diketahui apakah transaksi senpi tersebut dilakukan tersangka secara daring atau langsung.
Tersangka Pam Saputra dan Romaja alias Roma berbicara mengenai perbuatannya. Mereka berdua menegosiasikan bahwa penembakan korban hingga meninggal dunia adalah bentuk ketidaksengajaan atau kekhilafan. "Nggak sengaja," ujar Pam.
Sementara itu, Roma berdalih dan mengatakan bahwa penembakan korban dilakukan lebih dari satu kali. Dia menyesal melakukan hal tersebut. "Khilaf, dua kali nembak. (Uang hasil jual curian untuk) kebutuhan sehari-hari. Nyesel," ucap Roma.
Kedua tersangka masih menegosiasikan mengenai perbuatannya dan tidak memberikan informasi yang jelas tentang asal senjata api rakitan yang digunakan dalam penembakan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto mengatakan bahwa tim penyidik sedang mendalami asal-usul senjata api yang diperoleh kedua tersangka. "Kami sedang mendalami sumber dari mana senpi tersebut diperoleh. Kami akan terus melakukan pengembangan dari jaringan ini," ungkap Kombes Budi Hermanto.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanudin, mengatakan bahwa senjata api rakitan kemungkinan didapat dari jaringan peredaran senpi ilegal. Namun, belum diketahui apakah transaksi senpi tersebut dilakukan tersangka secara daring atau langsung.
Tersangka Pam Saputra dan Romaja alias Roma berbicara mengenai perbuatannya. Mereka berdua menegosiasikan bahwa penembakan korban hingga meninggal dunia adalah bentuk ketidaksengajaan atau kekhilafan. "Nggak sengaja," ujar Pam.
Sementara itu, Roma berdalih dan mengatakan bahwa penembakan korban dilakukan lebih dari satu kali. Dia menyesal melakukan hal tersebut. "Khilaf, dua kali nembak. (Uang hasil jual curian untuk) kebutuhan sehari-hari. Nyesel," ucap Roma.
Kedua tersangka masih menegosiasikan mengenai perbuatannya dan tidak memberikan informasi yang jelas tentang asal senjata api rakitan yang digunakan dalam penembakan.