Bencana Banjir Melanda Sumatera Utara, Dampak Lebih Berat di Tapanuli Selatan
Dua hari berturut-turut, Senin dan Selasa lalu, hujan deras di Sumatera Utara menyebabkan bencana banjir dan longsor yang berdampak parah. Empat kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, dilanda banjir dan longsor. Video-vidio viral di media sosial menunjukkan banjir bandang dan longsor yang mematikan.
Menurut keterangan BPBD Sumatera Utara, bencana ini terjadi karena cuaca ekstrem secara bertubi-tubi pada hari Senin dan Selasa. Selain korban jiwa, peristiwa ini juga mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Di Kabupaten Sibolga, wilayah yang terdampak banjir ini meliputi kelurahan Angin Nauli di Kecamatan Sibolga Utara, Aek Muara Pinang dan Aek Habil di Kecamatan Sibolga Selatan, Pasar Belakang, dan Pasar Baru di Kecamatan Sibolga Kota. Dari laporan visual, banjir mengalir cukup deras dan menghantam rumah, menyeret kendaraan hingga infrastruktur lain yang dilewatinya.
Sementara itu, di Kabupaten Tapanuli Selatan, bencana banjir dan tanah longsor telah menyebabkan delapan warga meninggal dunia, 58 luka-luka, dan 2.851 warga harus mengungsi. Wilayah terdampak meliputi Sipirok, Marancar, Batangtoru, Angkola Barat, Muara Batangtoru, Angkola Sangkunur, Angkola Selatan, Sayur Matinggi, Batang Angkola, dan Tanah Timbangan.
Di Kabupaten Tapanuli Utara, sebanyak 50 unit rumah terdampak dan dua jembatan terputus akibat banjir serta tanah longsor. Sementara di Kabupaten Tapanuli Tengah, sebanyak 1.902 unit rumah terdampak banjir di 9 kecamatan.
Penyebab bencana ini adalah dua sistem cuaca signifikan yang memicu terjadinya cuaca ekstrem di Sumut, yaitu Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B. Keduanya mempengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di Sumatera bagian utara.
Kemudian, BPBD Tapanuli Selatan dan tim gabungan mendirikan tenda pengungsi serta mendistribusikan bantuan sembako kepada warga terdampak. Sementara itu, BPBD Tapanuli Utara dan tim gabungan melakukan pendataan dan merekomendasikan jalur alternatif Pangaribuan-Silantom sebagai akses jalan sementara.
Bencana banjir ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem memang bisa menyebabkan dampak yang parah bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran dan persiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.
Dua hari berturut-turut, Senin dan Selasa lalu, hujan deras di Sumatera Utara menyebabkan bencana banjir dan longsor yang berdampak parah. Empat kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, dilanda banjir dan longsor. Video-vidio viral di media sosial menunjukkan banjir bandang dan longsor yang mematikan.
Menurut keterangan BPBD Sumatera Utara, bencana ini terjadi karena cuaca ekstrem secara bertubi-tubi pada hari Senin dan Selasa. Selain korban jiwa, peristiwa ini juga mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Di Kabupaten Sibolga, wilayah yang terdampak banjir ini meliputi kelurahan Angin Nauli di Kecamatan Sibolga Utara, Aek Muara Pinang dan Aek Habil di Kecamatan Sibolga Selatan, Pasar Belakang, dan Pasar Baru di Kecamatan Sibolga Kota. Dari laporan visual, banjir mengalir cukup deras dan menghantam rumah, menyeret kendaraan hingga infrastruktur lain yang dilewatinya.
Sementara itu, di Kabupaten Tapanuli Selatan, bencana banjir dan tanah longsor telah menyebabkan delapan warga meninggal dunia, 58 luka-luka, dan 2.851 warga harus mengungsi. Wilayah terdampak meliputi Sipirok, Marancar, Batangtoru, Angkola Barat, Muara Batangtoru, Angkola Sangkunur, Angkola Selatan, Sayur Matinggi, Batang Angkola, dan Tanah Timbangan.
Di Kabupaten Tapanuli Utara, sebanyak 50 unit rumah terdampak dan dua jembatan terputus akibat banjir serta tanah longsor. Sementara di Kabupaten Tapanuli Tengah, sebanyak 1.902 unit rumah terdampak banjir di 9 kecamatan.
Penyebab bencana ini adalah dua sistem cuaca signifikan yang memicu terjadinya cuaca ekstrem di Sumut, yaitu Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B. Keduanya mempengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di Sumatera bagian utara.
Kemudian, BPBD Tapanuli Selatan dan tim gabungan mendirikan tenda pengungsi serta mendistribusikan bantuan sembako kepada warga terdampak. Sementara itu, BPBD Tapanuli Utara dan tim gabungan melakukan pendataan dan merekomendasikan jalur alternatif Pangaribuan-Silantom sebagai akses jalan sementara.
Bencana banjir ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem memang bisa menyebabkan dampak yang parah bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran dan persiapan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.