Bulan Oktober tiba dengan kematangan musim panas di Indonesia, membawa tantangan bagi masyarakat untuk menghadapi cuaca yang ekstrem. Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bulan ini menjadi periode tertinggi suhu tertinggal di Indonesia.
Suhu rata-rata di seluruh negeri mencapai 28,7 derajat Celcius, meningkat lebih dari 2 derajat daripada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh angin kencang yang membawa panas dan kelembaban dari Samudra Hindia.
Di beberapa daerah, seperti Sumatera dan Kalimantan, suhu tertinggi mencapai 36 derajat Celcius, merekodkan rekor tinggi suhu puncak. Di kota-kota terpencil, seperti Tanjung Pandan di Bangka Belitung dan Pontianak di Kalimantan Barat, suhu rata-rata mencapai 30-31 derajat Celcius.
Kondisi cuaca ekstrem ini membuat masyarakat di seluruh negeri harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan luar ruangan. Mereka disarankan untuk menghindari menjelajah alam saat siang hari, serta menggunakan pakaian yang sesuai dengan suhu panas.
Menurut Dr. Agus Santoso, seorang ahli meteorologi di BMKG, kondisi cuaca ini disebabkan oleh pergerakan angin kencang dari Samudra Hindia yang membawa panas dan kelembaban yang meningkatkan suhu rata-rata di Indonesia. "Cuaca seperti ini tidak hanya mempengaruhi suhu, tetapi juga menyebabkan hujan turun dalam bentuk hujan lebat," katanya.
Dengan demikian, masyarakat di seluruh negeri disarankan untuk tetap berhati-hati dan siap menghadapi cuaca ekstrem ini.
Suhu rata-rata di seluruh negeri mencapai 28,7 derajat Celcius, meningkat lebih dari 2 derajat daripada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh angin kencang yang membawa panas dan kelembaban dari Samudra Hindia.
Di beberapa daerah, seperti Sumatera dan Kalimantan, suhu tertinggi mencapai 36 derajat Celcius, merekodkan rekor tinggi suhu puncak. Di kota-kota terpencil, seperti Tanjung Pandan di Bangka Belitung dan Pontianak di Kalimantan Barat, suhu rata-rata mencapai 30-31 derajat Celcius.
Kondisi cuaca ekstrem ini membuat masyarakat di seluruh negeri harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan luar ruangan. Mereka disarankan untuk menghindari menjelajah alam saat siang hari, serta menggunakan pakaian yang sesuai dengan suhu panas.
Menurut Dr. Agus Santoso, seorang ahli meteorologi di BMKG, kondisi cuaca ini disebabkan oleh pergerakan angin kencang dari Samudra Hindia yang membawa panas dan kelembaban yang meningkatkan suhu rata-rata di Indonesia. "Cuaca seperti ini tidak hanya mempengaruhi suhu, tetapi juga menyebabkan hujan turun dalam bentuk hujan lebat," katanya.
Dengan demikian, masyarakat di seluruh negeri disarankan untuk tetap berhati-hati dan siap menghadapi cuaca ekstrem ini.