Pertamina, perusahaan negara yang mengelilingi hidup kita setiap harinya, harus menjadi target kritik sosial karena menghadapi berbagai masalah dalam penyediaan BBM dan gas alam. Meskipun demikian, Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy percaya bahwa kritik terhadap Pertamina harus bertujuan untuk memperbaiki dan mendorong pembenahan di dalam perusahaan tersebut.
Rizaldy mengingatkan bahwa Pertamina sangat strategis untuk masa depan kedaulatan energi Indonesia karena perannya sebagai penyedia BBM dan gas alam bagi kebutuhan domestik. Namun, keberadaan tanggung jawab negara ini tidak boleh hanya menjadi alasan untuk memberikan pelayanan yang kualitasnya rendah.
Dosen Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung ini menjelaskan bahwa distribusi migas ke wilayah-wilayah terpencil dan terluar (3T) memerlukan biaya besar dan kompleksitas logistik yang tidak sederhana. Meskipun Pertamina memiliki tanggung jawab untuk menyediakan layanan BBM bagi seluruh Indonesia, namun hal ini tidak bisa dilakukan dengan cara yang tidak efisien.
Rizaldy menekankan bahwa keberadaan pertama dari Pertamina bukanlah alasan bagi perusahaan untuk memberikan pelayanan yang rendah. Masyarakat tetap berhak menuntut pelayanan yang berkualitas agar kepercayaan masyarakat menjadi pulih. Tujuan akhirnya adalah agar Pertamina dapat memberikan pelayanan berkualitas, mampu berkompetisi secara sehat dengan sektor swasta, dan pada saat yang sama tetap menjadi kebanggaan rakyat Indonesia.
Dalam kesimpulan, kritik terhadap Pertamina harus bertujuan untuk memperbaiki dan mendorong pembenahan di dalam perusahaan tersebut. Kritik ini tidak boleh menghancurkan, melainkan memberikan dorongan bagi Pertamina untuk meningkatkan kualitas layanan dan kesadaran keberadaannya sebagai perusahaan negara yang sangat strategis.
Rizaldy mengingatkan bahwa Pertamina sangat strategis untuk masa depan kedaulatan energi Indonesia karena perannya sebagai penyedia BBM dan gas alam bagi kebutuhan domestik. Namun, keberadaan tanggung jawab negara ini tidak boleh hanya menjadi alasan untuk memberikan pelayanan yang kualitasnya rendah.
Dosen Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung ini menjelaskan bahwa distribusi migas ke wilayah-wilayah terpencil dan terluar (3T) memerlukan biaya besar dan kompleksitas logistik yang tidak sederhana. Meskipun Pertamina memiliki tanggung jawab untuk menyediakan layanan BBM bagi seluruh Indonesia, namun hal ini tidak bisa dilakukan dengan cara yang tidak efisien.
Rizaldy menekankan bahwa keberadaan pertama dari Pertamina bukanlah alasan bagi perusahaan untuk memberikan pelayanan yang rendah. Masyarakat tetap berhak menuntut pelayanan yang berkualitas agar kepercayaan masyarakat menjadi pulih. Tujuan akhirnya adalah agar Pertamina dapat memberikan pelayanan berkualitas, mampu berkompetisi secara sehat dengan sektor swasta, dan pada saat yang sama tetap menjadi kebanggaan rakyat Indonesia.
Dalam kesimpulan, kritik terhadap Pertamina harus bertujuan untuk memperbaiki dan mendorong pembenahan di dalam perusahaan tersebut. Kritik ini tidak boleh menghancurkan, melainkan memberikan dorongan bagi Pertamina untuk meningkatkan kualitas layanan dan kesadaran keberadaannya sebagai perusahaan negara yang sangat strategis.