Pemanasan global memberikan dampak besar pada pola curah hujan dan salju di dunia. Menurut penelitian yang dipimpin oleh Prof. Chen Yaning, fenomena ini tidak hanya mempengaruhi suhu bumi, tetapi juga secara perlahan mengubah struktur iklim di berbagai belahan dunia.
Dalam analisis jangka panjang, tim peneliti menemukan bahwa curah hujan ekstrem meningkat sangat pesat, yaitu sekitar 0,269 milimeter setiap tahun. Namun, peningkatan salju ekstrem hanya sebesar 0,029 milimeter per tahun. Artinya, curah hujan ekstrem naik hampir sembilan kali lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan salju ekstrem.
Peningkatan suhu udara juga memberikan dampak yang signifikan pada tingkat kekuatan hujan ekstrem. Sebaliknya, penurunan suhu udara berdampak pada penurunan intensitas salju ekstrem, terutama di wilayah lintang menengah seperti Asia Tengah, Eropa, dan sebagian Amerika Utara.
Menurut penelitian ini, lebih dari 22% dari belahan Bumi utara mengalami perubahan pola hujan ekstrem. Sementara itu, hanya sekitar 4,7% wilayah yang menunjukkan perubahan salju ekstrem. Kondisi ini berarti bahwa siklus air semakin intens dan tidak stabil, meningkatkan risiko banjir di wilayah lintang menengah.
Dalam perspektif Li Yupeng, peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, perubahan pola hujan ekstrem sangat penting dalam manajemen risiko. Wilayah lintang menengah harus lebih waspada terhadap banjir akibat meningkatnya hujan, sedangkan wilayah pegunungan dan lintang tinggi harus memperhatikan bahaya yang disebabkan oleh perubahan pola salju.
Dalam analisis jangka panjang, tim peneliti menemukan bahwa curah hujan ekstrem meningkat sangat pesat, yaitu sekitar 0,269 milimeter setiap tahun. Namun, peningkatan salju ekstrem hanya sebesar 0,029 milimeter per tahun. Artinya, curah hujan ekstrem naik hampir sembilan kali lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan salju ekstrem.
Peningkatan suhu udara juga memberikan dampak yang signifikan pada tingkat kekuatan hujan ekstrem. Sebaliknya, penurunan suhu udara berdampak pada penurunan intensitas salju ekstrem, terutama di wilayah lintang menengah seperti Asia Tengah, Eropa, dan sebagian Amerika Utara.
Menurut penelitian ini, lebih dari 22% dari belahan Bumi utara mengalami perubahan pola hujan ekstrem. Sementara itu, hanya sekitar 4,7% wilayah yang menunjukkan perubahan salju ekstrem. Kondisi ini berarti bahwa siklus air semakin intens dan tidak stabil, meningkatkan risiko banjir di wilayah lintang menengah.
Dalam perspektif Li Yupeng, peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, perubahan pola hujan ekstrem sangat penting dalam manajemen risiko. Wilayah lintang menengah harus lebih waspada terhadap banjir akibat meningkatnya hujan, sedangkan wilayah pegunungan dan lintang tinggi harus memperhatikan bahaya yang disebabkan oleh perubahan pola salju.