Pelaku Ledakan di SMAN 72 Simpan Dendam Sejak Awal 2025-Gabung Grup Kekerasan

Polisi Jakarta mengungkap bahwa pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta itu merasa sendiri dan menaruh dendam terhadap perlakuan orang-orang kepada dirinya. Dendam tersebut sudah disimpannya selama berbulan-bulan sejak awal 2025. "Dari awal tahun yang bersangkutan sudah mulai melakukan pencarian-pencarian, perasaan merasa tertindas, kesepian, tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa. Lalu yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam terhadap beberapa perlakuan terhadap yang bersangkutan," kata AKBP Mayndra Eka Wardhana dari Densus 88 Antiteror Polri.

Pelaku itu juga mencari tahu terkait bagaimana cara orang meninggal dunia dan konten kekerasan lainnya. Pelaku juga bergabung ke dalam grup kekerasan di media sosial, di mana di situ mereka mengagumi kekerasan. Motivasi yang lain ketika beberapa pelaku melakukan tindakan kekerasan lalu meng- upload ke media tersebut, komunitas itu akan mengapresiasi sesuatu hal yang heroik.

Saat beraksi, pelaku menulis nama-nama pelaku penembakan di luar negeri pada senjata mainan. Densus 88 kemudian menyebutkan 6 nama pelaku penembakan yang ditulis siswa ABH itu. Tiga nama yang ditulis pelaku yakni Alexandre Bissonnete, Luca Traini dan Brenton Harrison Tarrant.

Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat (7/11) saat khotbah salat Jumat. Diketahui, sebanyak 96 orang menjadi korban ledakan.
 
aku penasaran juga gini, bagaimana mungkin anak kecil seperti ABH itu bisa mempunyai motivasi dendam yang begitu besar ? rasanya aneh juga bagaimana dia bisa menulis nama-nama pelaku penembakan lainnya di luar negeri pada senjata mainan. aku pikir ini salah satu contoh bagaimana teknologi bisa digunakan untuk hal-hal yang tidak seharusnya, seperti kekerasan. mungkin kita perlu lebih bijak dalam menangani anak-anak muda ini agar mereka tidak tergoda oleh hal-hal yang buruk.
 
Saya pikir perlu dibahas lebih dalam tentang bagaimana kita bisa mencegah fenomena seperti ini terjadi di Indonesia 🤔. Saya rasa ada beberapa faktor yang membuat pelaku tersebut merasa tertindas dan memiliki motivasi dendam, seperti kesepian dan tidak ada tempat untuk menyampaikan perasaannya. Kita juga harus mempertimbangkan bagaimana kita bisa meningkatkan kesadaran dan toleransi di masyarakat, sehingga orang-orang tidak merasa tertekan dan terpujilah 🌎.

Selain itu, saya pikir penting untuk kita memahami bagaimana media sosial digunakan oleh pelaku kekerasan, dan bagaimana kita bisa menghentikan penyebaran informasi yang berbahaya di media tersebut 📊. Kita juga harus meningkatkan upaya pendidikan dan psikologi dalam mencegah terjadinya fenomena seperti ini di masa depan 🔍.
 
omong omongan polisi itu makanya makin menarik ya... tapi aku pikir ada sesuatu yang salah di sini... si pelaku itu merasa tertindas dan kesepian? tapi kenapa dia tidak mencari cara lain buat menghadapi situasi itu? kok dia langsung mencari tahu tentang kekerasan dan bergabung dengan grup-grup kekerasan di media sosial? itu kayaknya tidak masuk akal, ya...
 
Oooh, ini kayaknya kasus yang serius banget! Saya rasa perlu kita pikir tentang bagaimana kita bisa menghentikan hal ini dari terjadi. Ya, saya tahu pelaku itu merasa tertindas dan tidak tahu harus menyampaikan perasaannya. Tapi, itu tidak berarti kita harus menyerah pada dendam. Kita harus membantu mereka mencari solusi yang positif.

Saya rasa kita juga perlu memikirkan tentang bagaimana media sosial bisa menjadi faktor dalam hal ini. Ya, saya tahu banyak orang yang mengagumi kekerasan di media sosial. Tapi, itu bukan cara yang benar! Kita harus lebih berhati-hati dan tidak terlalu serius dengan konten-konten tersebut.

Saya juga curiga, apa bisa kita lakukan untuk membantu mereka? Mungkin kita bisa membuat program-program yang membantu orang-orang yang merasa tertindas atau kesepian. Ya, itu bisa menjadi solusi yang lebih baik daripada dendam.
 
Hmmpp, kayaknya pelaku yang bikin ledakan itu benar-benar merasa tertindas dan kesepian. Saya pun pernah rasanya seperti itu, gak bisa membuka diri dan bikin seseorang tahu bagaimana rasanya. Tapi siapa tau giliran di tahun depan, saya harus berbagi kisah kesedihan dan kesepian saya dengan orang lain. Gue rasa motivasi utama yang bikin orang melakukan kekerasan itu gak ada salingan, ya? Mereka hanya ingin dibawa masuk dalam komunitas yang serigapi, tapi gue pikir ada solusi lain buatnya, seperti cari bantuan dari temen-temen atau keluarga.
 
kembali
Top