Pasar Senen, sentra pakaian bekas yang telah berdiri lama, mulai menghadapi tekanan dari pemerintah. Pamerintah ingin menggantikan bisnis pakaian bekas dengan produk brand lokal dan menawarkan 1.300 merek lokal kepada para pedagang. Hal ini dilakukan sebagai upaya melindungi industri tekstil domestik dari serbuan barang impor ilegal.
Namun, para pedagang pakaian bekas mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang perubahan model usaha. Mereka khawatir tidak punya waktu dan modal untuk adaptasi. "Gak segampang itu. Ya (kalau mau masuk local brand) pasti harus ada perundingan dulu sama orang-orang sini kan," kata Lukman, penjual celana.
Mengingatkan bahwa pemerintah hanya akan mempertemukan pedagang dengan produsen brand lokal yang telah melalui proses seleksi. Tidak ada satu pun pemerintah yang berbicara dengan para pedagang sejak dulu hingga sekarang. "Kita cuma cari makan aja," tegas Eneng, salah satu pedagang pakaian bekas.
Meski demikian, pamerintah berjanji akan memberikan opsi dan bertindak sebagai fasilitator yang mempertemukan pedagang dengan produsen brand lokal. Namun, kekhawatiran para pedagang masih tetap ada. Apalagi jika cara ini gagal dan pemerintah terpaksa mengambil langkah keras: menutup seluruh bisnis pakaian bekas Pasar Senen. "Kami cari makan dimana? Kan sebelum gue lahir juga udah ada thrifting," ujarnya Lukman.
Sementara itu, Maman Abdurrahman, Menteri UMKM, menyampaikan bahwa opsi yang disiapkan bukan penertiban, melainkan mengubah Pasar Senen menjadi sentra penjualan jenama lokal. Namun, wacana ini belum sepenuhnya dipahami oleh para pedagang pakaian bekas.
Namun, para pedagang pakaian bekas mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang perubahan model usaha. Mereka khawatir tidak punya waktu dan modal untuk adaptasi. "Gak segampang itu. Ya (kalau mau masuk local brand) pasti harus ada perundingan dulu sama orang-orang sini kan," kata Lukman, penjual celana.
Mengingatkan bahwa pemerintah hanya akan mempertemukan pedagang dengan produsen brand lokal yang telah melalui proses seleksi. Tidak ada satu pun pemerintah yang berbicara dengan para pedagang sejak dulu hingga sekarang. "Kita cuma cari makan aja," tegas Eneng, salah satu pedagang pakaian bekas.
Meski demikian, pamerintah berjanji akan memberikan opsi dan bertindak sebagai fasilitator yang mempertemukan pedagang dengan produsen brand lokal. Namun, kekhawatiran para pedagang masih tetap ada. Apalagi jika cara ini gagal dan pemerintah terpaksa mengambil langkah keras: menutup seluruh bisnis pakaian bekas Pasar Senen. "Kami cari makan dimana? Kan sebelum gue lahir juga udah ada thrifting," ujarnya Lukman.
Sementara itu, Maman Abdurrahman, Menteri UMKM, menyampaikan bahwa opsi yang disiapkan bukan penertiban, melainkan mengubah Pasar Senen menjadi sentra penjualan jenama lokal. Namun, wacana ini belum sepenuhnya dipahami oleh para pedagang pakaian bekas.