"Santri Harus Jadi Jangkar Perdamaian di Era Modernitas"
Dalam konteks modernitas yang semakin cepat berkembang, santri memiliki peran penting sebagai jangkar perdamaian dan penebar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin. Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah, santri masa kini bukan lagi sosok yang terpinggirkan, tetapi telah menjelma menjadi kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang berpengaruh di berbagai lini kehidupan.
Santri memiliki jati diri yang terbuka dan kosmopolitan dalam berpikir serta bertindak. Mereka bisa menjadi jangkar perdamaian, menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Namun, persepsi lama yang menggambarkan santri sebagai komunitas tertutup dan kolot sudah tidak relevan lagi.
Banyak pesantren kini telah bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan inovasi. Contohnya adalah Pesantren Sidogiri di Pasuruan yang memiliki jaringan ritel di lebih dari 125 lokasi di Jawa dan Kalimantan, serta Pesantren Lirboyo di Kediri yang mengembangkan usaha roti, pengolahan sampah, dan depo air minum.
Santri sekarang tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga dibekali berbagai keahlian seperti komputer, bahasa asing, menjahit, beternak, hingga jurnalistik. Mereka mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman dan tersebar di berbagai profesi, mulai dari akademisi, tenaga medis, pengacara, hingga anggota TNI dan Polri.
Said Abdullah mengajak seluruh santri untuk terus menjaga integritas dan menampilkan wajah Islam yang damai. Menjadi santri adalah tanggung jawab besar, karena di pundak santri, orang mempersepsikan perwajahan tentang Islam. Oleh karena itu, santri harus selalu mawas diri dan menjadi teladan dalam menjaga perdamaian.
Dalam konteks modernitas yang semakin cepat berkembang, santri memiliki peran penting sebagai jangkar perdamaian dan penebar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin. Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah, santri masa kini bukan lagi sosok yang terpinggirkan, tetapi telah menjelma menjadi kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang berpengaruh di berbagai lini kehidupan.
Santri memiliki jati diri yang terbuka dan kosmopolitan dalam berpikir serta bertindak. Mereka bisa menjadi jangkar perdamaian, menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Namun, persepsi lama yang menggambarkan santri sebagai komunitas tertutup dan kolot sudah tidak relevan lagi.
Banyak pesantren kini telah bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan inovasi. Contohnya adalah Pesantren Sidogiri di Pasuruan yang memiliki jaringan ritel di lebih dari 125 lokasi di Jawa dan Kalimantan, serta Pesantren Lirboyo di Kediri yang mengembangkan usaha roti, pengolahan sampah, dan depo air minum.
Santri sekarang tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga dibekali berbagai keahlian seperti komputer, bahasa asing, menjahit, beternak, hingga jurnalistik. Mereka mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman dan tersebar di berbagai profesi, mulai dari akademisi, tenaga medis, pengacara, hingga anggota TNI dan Polri.
Said Abdullah mengajak seluruh santri untuk terus menjaga integritas dan menampilkan wajah Islam yang damai. Menjadi santri adalah tanggung jawab besar, karena di pundak santri, orang mempersepsikan perwajahan tentang Islam. Oleh karena itu, santri harus selalu mawas diri dan menjadi teladan dalam menjaga perdamaian.