KAA 70 Tahun: Gugah Semangat Perjuangan Melawan Kolonialisme, Imperialisme
Di tengah-tengah upaya mendorong semangat perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme yang digaungkan oleh Presiden Pertama RI Soekarno pada KAA 70 tahun lalu, Aryo Seno Bagaskoro menegaskan bahwa ini bukanlah nostalgia, tapi harus menjadi momentum untuk menata tatanan dunia baru yang lebih adil.
Aryo mengatakan bahwa peringatan KAA 70 Tahun tidak boleh berhenti pada nostalgia melainkan harus dijadikan titik berangkat untuk menata tatanan dunia baru. Dia juga menyatakan bahwa semangat perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme yang digaungkan Soekarno masih sangat relevan hingga hari ini.
Aryo menekankan bahwa semangat Bandung tidak boleh hanya menjadi spirit, tetapi harus terimplementasikan dalam bentuk kelembagaan. Dia menegaskan bahwa ada ASEAN dan BRICS sebagai lembaga-lembaga politik aktif yang itu kita dorong terus perannya.
Selain itu, Aryo juga menjelaskan bahwa PDIP sebagai partai dengan paradigma geopolitik Soekarno terus memainkan peran penting dalam kerangka progresif coexistence geopolitical. Dia juga menambahkan bahwa forum ini menjadi kesempatan untuk menyuarakan pembelaan terhadap bangsa-bangsa yang menghadapi kolonialisme jenis baru, seperti rakyat Palestina.
Sementara itu, Ilham F Wiratmaja menyoroti berbagai krisis global yang sedang terjadi sebagai alasan pentingnya menghidupkan kembali semangat KAA 1955. Dia juga melihat bahwa krisis-krisis ini mengarah pada satu pertanyaan mendasar, yaitu dunia seperti apa yang sebenarnya kita inginkan ke depan.
Dia pun melihat semangat KAA sebagai legasi yang dapat ditawarkan sebagai sistem nilai untuk tatanan dunia baru. Ilham juga menegasikan bahwa kita harus sekarang menganggap Konferensi Asia Afrika bukan lagi sebagai nostalgia, tapi sebagai titik berangkat untuk menata dunia baru.
Di tengah-tengah upaya mendorong semangat perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme yang digaungkan oleh Presiden Pertama RI Soekarno pada KAA 70 tahun lalu, Aryo Seno Bagaskoro menegaskan bahwa ini bukanlah nostalgia, tapi harus menjadi momentum untuk menata tatanan dunia baru yang lebih adil.
Aryo mengatakan bahwa peringatan KAA 70 Tahun tidak boleh berhenti pada nostalgia melainkan harus dijadikan titik berangkat untuk menata tatanan dunia baru. Dia juga menyatakan bahwa semangat perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme yang digaungkan Soekarno masih sangat relevan hingga hari ini.
Aryo menekankan bahwa semangat Bandung tidak boleh hanya menjadi spirit, tetapi harus terimplementasikan dalam bentuk kelembagaan. Dia menegaskan bahwa ada ASEAN dan BRICS sebagai lembaga-lembaga politik aktif yang itu kita dorong terus perannya.
Selain itu, Aryo juga menjelaskan bahwa PDIP sebagai partai dengan paradigma geopolitik Soekarno terus memainkan peran penting dalam kerangka progresif coexistence geopolitical. Dia juga menambahkan bahwa forum ini menjadi kesempatan untuk menyuarakan pembelaan terhadap bangsa-bangsa yang menghadapi kolonialisme jenis baru, seperti rakyat Palestina.
Sementara itu, Ilham F Wiratmaja menyoroti berbagai krisis global yang sedang terjadi sebagai alasan pentingnya menghidupkan kembali semangat KAA 1955. Dia juga melihat bahwa krisis-krisis ini mengarah pada satu pertanyaan mendasar, yaitu dunia seperti apa yang sebenarnya kita inginkan ke depan.
Dia pun melihat semangat KAA sebagai legasi yang dapat ditawarkan sebagai sistem nilai untuk tatanan dunia baru. Ilham juga menegasikan bahwa kita harus sekarang menganggap Konferensi Asia Afrika bukan lagi sebagai nostalgia, tapi sebagai titik berangkat untuk menata dunia baru.