Kepala BBKSDA Papua Dicopot, Marga Pembakaran Mahkota Cenderawasih. PFM: "Bakar Simbol Harga Diri Orang Papua"
Joni Santoso Silaban yang dipimpin oleh, dinyatakan telah melakukan tindakan yang sangat tidak sopan dan menghina terhadap masyarakat adat Papua dengan membakar mahkota Cenderawasih. Mahkota itu bukan sekadar hiasan kepala, melainkan simbol kehormatan, kemakmuran, dan jati diri orang Papua. Pembakaran itu telah memantik gelombang amarah yang meluas hingga ke pelosok Tanah Papua.
Senator Papua Barat Daya Paul Finsen Mayor (PFM) menilai, langkah BBKSDA dalam menertibkan kepemilikan atribut satwa dilindungi seharusnya dijalankan dengan pendekatan budaya dan edukasi, bukan dengan tindakan simbolik yang justru menyulut kemarahan publik. "Mengapa harus dibakar? Apakah tidak ada cara lain yang lebih beradab?" ujar PFM dengan nada tajam.
PBM menilai langkah itu adalah bentuk arogansi birokrasi yang buta budaya. "Kalau datang ke Papua, pelajari dulu jati diri dan adat istiadat kami," tegas PFM. "Jangan bawa aturan tanpa hati nurani. Jangan bakar simbol suci kami, lalu bersembunyi di balik kata 'penertiban'. Itu bukan penegakan hukum, itu penghinaan!"
Joni Santoso Silaban yang dipimpin oleh, dinyatakan telah melakukan tindakan yang sangat tidak sopan dan menghina terhadap masyarakat adat Papua dengan membakar mahkota Cenderawasih. Mahkota itu bukan sekadar hiasan kepala, melainkan simbol kehormatan, kemakmuran, dan jati diri orang Papua. Pembakaran itu telah memantik gelombang amarah yang meluas hingga ke pelosok Tanah Papua.
Senator Papua Barat Daya Paul Finsen Mayor (PFM) menilai, langkah BBKSDA dalam menertibkan kepemilikan atribut satwa dilindungi seharusnya dijalankan dengan pendekatan budaya dan edukasi, bukan dengan tindakan simbolik yang justru menyulut kemarahan publik. "Mengapa harus dibakar? Apakah tidak ada cara lain yang lebih beradab?" ujar PFM dengan nada tajam.
PBM menilai langkah itu adalah bentuk arogansi birokrasi yang buta budaya. "Kalau datang ke Papua, pelajari dulu jati diri dan adat istiadat kami," tegas PFM. "Jangan bawa aturan tanpa hati nurani. Jangan bakar simbol suci kami, lalu bersembunyi di balik kata 'penertiban'. Itu bukan penegakan hukum, itu penghinaan!"