Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan rencana untuk hilirisasi pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani. Langkah ini dianggap sebagai tindak lanjut setelah target pangan nasional yang optimistis tercapai.
Menurut Amran, hilirisasi akan difokuskan pada sektor perkebunan, hortikultura, dan peternakan. Tujuannya adalah untuk mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi, sehingga tidak lagi mengekspor bahan mentah ke luar negeri.
"Rencana kita hilirisasi, seperti kelapa ini tidak boleh dijual gelondongan ke luar negeri. Dari kelapa yang kita ekspor 2,8 juta ton per tahun dengan nilai Rp 24 triliun, jika diolah menjadi produk turunan seperti coconut milk, nilainya bisa meningkat hingga 100 kali lipat," kata Amran.
Program hilirisasi ini juga diarahkan untuk membuka lapangan kerja baru dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah. Kementan menyiapkan bantuan benih dan bibit gratis untuk petani di seluruh Indonesia, mencakup 800 ribu hektare lahan perkebunan yang diproyeksikan mampu menyerap 1,6 juta tenaga kerja baru dalam dua tahun.
Amran juga menyinggung arah kebijakan hilirisasi yang terintegrasi dengan program biofuel dan bioetanol nasional. Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia dengan produksi mencapai 46 juta ton per tahun akan mengalihkan sebagian ekspor menjadi bahan baku B50 (biodiesel) untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
"Mimpi kita adalah seluruh bahan baku yang kita ekspor ke seluruh dunia, termasuk CPO, kita hilirisasi. Khusus CPO dikuasai pemerintah. Dari tandan buah segar menjadi FAME atau biofuel, kemudian menjadi minyak goreng, kemudian menjadi margarin atau mentega. Edit value-nya harus ada di Indonesia," tegas Amran.
Dengan demikian, Menteri Pertanian berharap dapat mencapai visi besar untuk hilirisasi secara menyeluruh di sektor pertanian, yaitu membuat Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dan swasembada dalam energi nasional.
Menurut Amran, hilirisasi akan difokuskan pada sektor perkebunan, hortikultura, dan peternakan. Tujuannya adalah untuk mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi, sehingga tidak lagi mengekspor bahan mentah ke luar negeri.
"Rencana kita hilirisasi, seperti kelapa ini tidak boleh dijual gelondongan ke luar negeri. Dari kelapa yang kita ekspor 2,8 juta ton per tahun dengan nilai Rp 24 triliun, jika diolah menjadi produk turunan seperti coconut milk, nilainya bisa meningkat hingga 100 kali lipat," kata Amran.
Program hilirisasi ini juga diarahkan untuk membuka lapangan kerja baru dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah. Kementan menyiapkan bantuan benih dan bibit gratis untuk petani di seluruh Indonesia, mencakup 800 ribu hektare lahan perkebunan yang diproyeksikan mampu menyerap 1,6 juta tenaga kerja baru dalam dua tahun.
Amran juga menyinggung arah kebijakan hilirisasi yang terintegrasi dengan program biofuel dan bioetanol nasional. Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia dengan produksi mencapai 46 juta ton per tahun akan mengalihkan sebagian ekspor menjadi bahan baku B50 (biodiesel) untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
"Mimpi kita adalah seluruh bahan baku yang kita ekspor ke seluruh dunia, termasuk CPO, kita hilirisasi. Khusus CPO dikuasai pemerintah. Dari tandan buah segar menjadi FAME atau biofuel, kemudian menjadi minyak goreng, kemudian menjadi margarin atau mentega. Edit value-nya harus ada di Indonesia," tegas Amran.
Dengan demikian, Menteri Pertanian berharap dapat mencapai visi besar untuk hilirisasi secara menyeluruh di sektor pertanian, yaitu membuat Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dan swasembada dalam energi nasional.