Mobil ICE & Hybrid Unggul di Pasar Bekas, Konsumen Kian Selektif

Pasar mobil bekas Indonesia masih dominasi oleh kendaraan bahan bakar konvensional (ICE) dan hybrid, bukan listrik. Alasannya tidak hanya karena efisiensi bahan bakar, tetapi juga karena resale value (nilai jual kembali). Menurut data dari OLXmobbi, platform jual beli mobil bekas Indonesia, aktivitas trade-in dan penjualan mobil selama 2025 meningkat hingga 53 persen.

Namun, ini berbeda dengan kebijakan pemerintah untuk meng-promosikan penggunaan kendaraan listrik. Peningkatan ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia masih sangat mempertimbangkan kelayakan harga dan nilai jual kembali saat membuat keputusan pembelian.

Harga rata-rata mobil yang diserap OLXmobbi berada di kisaran Rp 150 juta, sementara mobil hybrid bisa mencapai Rp 300 juta. Faktor utama yang membedakan adalah tingkat depresiasi harga. Mobil ICE dan HEV mengalami penyusutan nilai sebesar 10-15 persen per tahun, sedangkan kendaraan listrik bisa terdepresiasi hingga 35-60 persen per tahun.

Model favorit konsumen seperti Toyota Avanza dan Innova masih sangat populer, sementara mobil hybrid seperti Toyota Yaris Cross mulai banyak terlihat dalam transaksi bekas. Wuling Air EV juga menjadi model paling populer di segmen BEV (Batteri Elektrik).

Pasar mobil bekas Indonesia masih dipengaruhi oleh faktor-faktor rasionalitas, seperti akses pembiayaan dan daya tahan nilai kendaraan. Mereka mempertimbangkan kelayakan harga dan nilai jual kembali saat membuat keputusan pembelian, bukan hanya karena efisiensi bahan bakar atau keseimbangan lingkungan.

Dalam konteks ini, mobil ICE dan HEV bukan hanya sekadar kendaraan fungsional, tetapi juga aset yang lebih aman dari sisi keuangan. Konsumen Indonesia masih sangat memilih pilihan yang terjangkau dan dapat dijual kembali dengan harga yang stabil, bukan hanya karena efisiensi bahan bakar atau keseimbangan lingkungan.
 
Gampangnya konsumen Indonesia lebih suka mobil ICE dan hybrid karena nilai jual kembali yang stabil, bikin nggak ingin ganti aja kayak mobil listrik πŸ€‘. Dan juga karena biaya operasional yang relatif murah, kan sih masalah harga jadi pilihan utama, bukan efisiensi bahan bakar atau keseimbangan lingkungan. Menurutku, kalau mau meningkatkan penggunaan mobil listrik, kita harus bikin biaya operationalnya lebih kompetitif dengan mobil ICE dan hybrid, biar nggak hanya sekedar konsumen yang bisa mampi, tapi juga mereka yang ingin nyaman πŸš—πŸ’Έ.
 
Aku pikir kabar baik ini... πŸ€” mobil bekas masih banyak terjual, tapi masih banyak juga yang beli listrik ya πŸ˜…. Aku rasa pemerintah harus fokuskan promosi listrik buat bisa mencapai targetnya 2045 nih, karena kalau nggak gini, konsumen akan tetap memilih mobil ICE dan hybrid aja. πŸš—πŸ’¨ Mobil listrik itu bisa jadi lebih baik untuk lingkungan, tapi masih perlu diterminis harga yang terjangkau juga ya... πŸ€‘
 
Gue pikir apa sih kalau konsumen Indonesia mulai lebih suka mobil listrik? Mungkin karena biaya operasionalnya lebih murah dan tidak perlu lagi bahan bakar. Tapi, sekarang gue lihat pasaran mobil bekas masih dominasi oleh ICE dan HEV. Menurutku, konsumen Indonesia masih sangat mempertimbangkan kelayakan harga dan nilai jual kembali saat membuat keputusan pembelian.

Lihat aja data dari OLXmobbi, aktivitas trade-in dan penjualan mobil selama 2025 meningkat hingga 53 persen. Tapi, apa sih kalau konsumen mulai lebih suka mobil listrik? Mungkin karena biaya operasionalnya lebih murah dan tidak perlu lagi bahan bakar.

Gue lihat pasaran mobil bekas masih dipengaruhi oleh faktor-faktor rasionalitas, seperti akses pembiayaan dan daya tahan nilai kendaraan. Mereka mempertimbangkan kelayakan harga dan nilai jual kembali saat membuat keputusan pembelian, bukan hanya karena efisiensi bahan bakar atau keseimbangan lingkungan.

Link: https://mobbi.com/
 
Pasar mobil bekas masih dominasi oleh ICE dan HEV karena konsumen Indonesia lebih mempertimbangkan kelayakan harga dan nilai jual kembali. Mereka tidak terlalu peduli dengan efisiensi bahan bakar atau keseimbangan lingkungan, tapi lebih suka mobil yang bisa dijual kembali dengan harga stabil. Saya pikir itu karena konsumen Indonesia masih sangat pragmatis dan ingin keuntungan dari investasi mobil mereka.

Misalnya, Toyota Avanza masih populer karena banyak orang suka menjualnya lagi setelah 5-7 tahun. Kalau mobil listrik seperti Wuling Air EV, harga terlalu mahal buat banyak orang. Kita harus menunggu saat-saat di masa depan ketika teknologi dan harganya lebih stabil, agar mobil listrik bisa menjadi pilihan utama konsumen Indonesia. Tapi sekarang, saya masih percaya bahwa mobil ICE dan HEV akan tetap dominan di pasar bekas karena keuntungan yang lebih stabilnya πŸ€‘
 
Kalau nggak salah informasinya, pasaran mobil bekas di Indonesia masih dominasi oleh ICE dan hybrid, padahal giliran listrik harus naikin game πŸš—πŸ˜¬. Aku pikir pemerintah kalau nggak ambil langkah untuk membuat konsumen lebih percaya diri dengan penggunaan listrik, apa aja yang terjadi? πŸ€” Mobil ICE dan hybrid masih jadi pilihan utama karena kelayakan harga dan nilai jual kembali, padahal listrik bisa naikin efisiensi bahan bakar. Aku rasa ini bukan kebalikan yang harus dilakukan, tapi aku juga tidak ngga sabar banget dengan keadaan ini πŸ˜’.
 
hehe, ini kayaknya seru banget! kenapa mobil listrik masih tidak banyak dipilih oleh konsumen? aku pikir ada beberapa faktor ya... pertama, mobil listrik masih super mahal dan biayanya sulit ditanggung oleh banyak orang. keduanya, masalah pengisi ulang baterai yang kurang mudah ditemukan di tempat-tempat umum. dan ketiga, perawatan mobil listrik juga lebih rumit dibandingkan dengan mobil konvensional... tapi aku rasa kalau pemerintah terus mendukung pengembangan teknologi listrik, maka konsumen akan semakin percaya diri untuk memilih mobil listrik. dan aku pikir pemerintah harus menawarkan bantuan seperti pajak yang lebih rendah atau insuran yang lebih murah untuk mobil listrik... hehe, itu bisa jadi cara untuk membuat konsumen lebih suka mobil listrik! 😊
 
Pasar mobil bekas Indonesia masih banyak dipengaruhi oleh konsumen yang lebih suka mobil ICE dan HEV daripada BEV karena beberapa alasan. Pertama, biaya awal mobil tersebut tetap stabil dan relatif murah sehingga kelayakan jual kembali juga lebih mudah diperoleh. Kedua, karena harga mobil tersebut masih bisa dijangkau oleh konsumen dengan pendapatan yang relatif rendah, seperti 2-3 juta per bulan. Ketiga, mobil ICE dan HEV memiliki nilai depresiasi yang relatif stabil, yaitu sekitar 10-15 persen per tahun, sehingga membuat investor tidak khawatir dengan penurunan harga secara signifikan.

Sementara itu, konsumen lebih suka mobil BEV karena biayanya lebih tinggi dan tidak semua orang memiliki kemampuan untuk membiayai pembelian mobil tersebut. Selain itu, karena nilai depresiasi dari mobil BEV adalah 35-60 persen per tahun, maka bisa saja pembeli merasa kehilangan banyak uang jika mau menjualnya dalam waktu singkat. Oleh karenanya, konsumen lebih suka mempertimbangkan biaya operasional yang relatif murah dan harga jual kembali yang stabil saat membuat keputusan pembelian mobil bekas.
 
Gak percaya banget, apa yang terjadi sama kita? Semua orang sibuk adegan promosi kendaraan listrik, tapi sebenarnya mobil ICE dan hybrid masih sangat populer! Konsumen Indonesia memilih pilihan yang aman dari sisi keuangan, bukan hanya karena efisiensi bahan bakar. Resale value kayaknya lebih penting daripada efisiensi lingkungan. Kalau mau ngobrol tentang keseimbangan lingkungan, saya ayo banget! πŸš—πŸ’Έ
 
Aku pikir kalau konsumen Indonesia masih nggak terlalu mau menggunakan mobil listrik karena harga mobil ICE dan HEV masih bisa dikonsumi dengan biaya yang lebih rendah. Tapi, aku rasa kalau itu sebenarnya salah paham. Konsumen Indonesia nggak hanya memikirkan efisiensi bahan bakar, tapi juga nilai jual kembali. Jadi, jika mobil listrik bisa menawarkan harga yang stabil dan nilai jual kembali yang baik, pasti konsumen Indonesia akan lebih suka menggunakan mobil listrik. Misalnya kalau mobil listrik bisa dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi daripada mobil ICE atau HEV, maka konsumen Indonesia akan lebih memilih mobil listrik. Saya rasa itu penting untuk dipertimbangkan saat membuat keputusan pembelian mobil.
 
Gue pikir ada beberapa alasan mengapa konsumen Indonesia masih banyak banget memilih mobil ICE dan HEV bukan BEV. Pertama, karena mobil ICE dan HEV masih memiliki resale value yang lebih stabil, artinya mobil tersebut masih bisa dijual kembali dengan harga yang stabilize setelah beberapa tahun digunakan. Kedua, karena mobil ICE dan HEV masih memiliki akses pembiayaan yang lebih mudah, sehingga konsumen tidak perlu khawatir tentang biaya pinjaman. Ketiga, karena mobil ICE dan HEV masih memiliki daya tahan nilai kendaraan yang lebih baik, sehingga konsumen tidak perlu khawatir tentang kehilangan nilai kendaraan setelah beberapa tahun digunakan. πŸš—πŸ’°
 
Mobil listrik masih belum jelas mainan favorit konsumen Indonesia πŸ€”. Mungkin perlu ada promosi yang lebih serius dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan konsumen akan mobil listrik πŸ’‘. Aku pikir ini bukan soal efisiensi bahan bakar, tapi kelayakan harga dan nilai jual kembali πŸ€‘. Jika konsumen Indonesia masih memilih mobil ICE dan hybrid karena faktor keuangan, itu berarti kita perlu meningkatkan teknologi mobil listrik agar lebih kompetitif πŸ’».
 
"Kasus ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia lebih suka mempertimbangkan hal-hal yang sebenarnya berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari, yaitu harga dan nilai jual kembali, bukan hanya karena efisiensi bahan bakar atau aspek lingkungan. Sama-sama masalahnya!" 😐
 
Mobil bekas masih banyak dipilih oleh orang-orang yang ingin memiliki mobil yang lebih hemat biaya, padahal listrik bisa menjadi pilihan yang lebih baik di masa depan πŸ€”. Konsumen Indonesia masih lebih mempertimbangkan nilai jual kembali daripada efisiensi bahan bakar dan lingkungan. Semoga suatu hari nanti konsumen akan lebih sadar akan dampak perubahan cuaca dan polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan listrik πŸ’‘
 
Mobil bekas di Indonesia gak bisa diubah sama-sama, kan? Konsumen Indonesia masih memilih mobil yang lebih aman dari sisi keuangan, bukan hanya mobil yang efisien dan ramah lingkungan. Mobil hybrid itu enak banget, tapi jika konsumen harus memilih antara harga dan keseimbangan lingkungan, mereka pasti akan memilih harga yang stabil. Itu karena nilai jual kembali mobil gak selalu stabil, kan? Jadi, penting juga untuk dipertimbangkan faktor keuangan ketika membeli mobil bekas. Mobil ICE dan hybrid masih menjadi pilihan utama, tapi kita harus terus berinovasi agar mobil listrik bisa lebih kompetitif dengan harga yang tidak terlalu melewatkan... πŸš—πŸ’‘
 
Gak sabar banget sama pasar mobil bekas Indonesia gini! Lalu apa lagi kalau ada promosi penggunaan kendaraan listrik? Tapi konsumen Indonesia masih memilih mobil ICE dan HEV karena nilai jualnya lebih stabil, aja! Resale value di mobil listrik masih belum bisa bersaing dengan mobil konvensional. Kalau mau cari harga yang terjangkau, apa sih salahnya lagi cari mobil bekas ya? Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik kayaknya perlu diaduk kembali, nggak bisa dipungut hasil sama konsumen.
 
kembali
Top