Birokrasi yang dipimpin oleh perempuan terbukti lebih taat aturan dan kolaboratif dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), kepemimpinan perempuan cenderung melahirkan kebijakan yang mengedepankan work-life balance, seperti penerapan flexible work, maternal leave bagi ayah, serta penyediaan fasilitas pendukung seperti ruang laktasi dan daycare.
Rini Widyantini menyampaikan bahwa pemimpin perempuan memiliki kecenderungan untuk menciptakan safe space yang mendorong keterbukaan, empati, dan penyelesaian konflik secara konstruktif. Ia juga menegaskan bahwa birokrasi yang dipimpin oleh perempuan lebih taat aturan dan kolaboratif dalam proses pengambilan keputusan.
Lebih lanjut, Rini menyampaikan untuk membuka ruang bagi kepemimpinan perempuan di birokrasi, diperlukan langkah-langkah yang konkret. Ia mengatakan setidaknya ada empat pendekatan utama yang bisa menjadi strategi bersama, yaitu melalui legislasi dan kebijakan yang berpihak, transformasi budaya organisasi, teladan dan kepemimpinan, serta women support women.
Rini juga menegaskan bahwa kehadiran perempuan di level kepemimpinan merupakan manifestasi sekaligus penguat upaya kesetaraan. Perempuan bukan sekadar pelengkap dalam struktur birokrasi, tetapi penggerak nilai, pembawa empati, dan penyeimbang di tengah dinamika organisasi pemerintahan.
"Karena pada akhirnya, kepemimpinan perempuan bukan tentang seberapa tinggi posisi yang kita raih, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa kita hadirkan bagi sesama," ujarnya.
Rini Widyantini menyampaikan bahwa pemimpin perempuan memiliki kecenderungan untuk menciptakan safe space yang mendorong keterbukaan, empati, dan penyelesaian konflik secara konstruktif. Ia juga menegaskan bahwa birokrasi yang dipimpin oleh perempuan lebih taat aturan dan kolaboratif dalam proses pengambilan keputusan.
Lebih lanjut, Rini menyampaikan untuk membuka ruang bagi kepemimpinan perempuan di birokrasi, diperlukan langkah-langkah yang konkret. Ia mengatakan setidaknya ada empat pendekatan utama yang bisa menjadi strategi bersama, yaitu melalui legislasi dan kebijakan yang berpihak, transformasi budaya organisasi, teladan dan kepemimpinan, serta women support women.
Rini juga menegaskan bahwa kehadiran perempuan di level kepemimpinan merupakan manifestasi sekaligus penguat upaya kesetaraan. Perempuan bukan sekadar pelengkap dalam struktur birokrasi, tetapi penggerak nilai, pembawa empati, dan penyeimbang di tengah dinamika organisasi pemerintahan.
"Karena pada akhirnya, kepemimpinan perempuan bukan tentang seberapa tinggi posisi yang kita raih, tetapi seberapa besar manfaat yang bisa kita hadirkan bagi sesama," ujarnya.