Garis pantai Kuta-Seminyak di Bali mengalami abrasi yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, membuat banyak warga dan wisatawan khawatir tentang masa depan pantai yang populer itu. Menko Ahyimunandar (Meno AHY), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, membantu menjelaskan fenomena ini.
Menurut Moehamad Iriawan, Kepala Badan Penyelidik Kedaulatan Indonesia (BPKI) Provinsi Bali, abrasi di garis pantai itu disebabkan oleh aksesir pariwisata yang semakin banyak. "Saat ini, pantai di Kuta-Seminyak sangat terganggu karena tidak ada batasan yang tepat", katanya.
Moehamad Iriawan menekankan bahwa abrasi tersebut juga dipengaruhi oleh pola alam yang sedang berubah akibat perubahan iklim. "Pantai yang sebelumnya stabil, kini mulai mengalami fenomena abrasi", katanya.
Menteri Moehamad Iriawan menyatakan bahwa pemerintah setuju dengan kebutuhan warga dan wisatawan untuk memiliki pantai yang aman dan nyaman. Pemerintah berencana untuk mengembangkan program pemeliharaan garis pantai agar lebih efektif dalam mencegah abrasi.
"Kita tidak ingin pantai Kuta-Seminyak menjadi bagian dari cerita buruk tentang perubahan iklim", katanya.
Menurut Moehamad Iriawan, Kepala Badan Penyelidik Kedaulatan Indonesia (BPKI) Provinsi Bali, abrasi di garis pantai itu disebabkan oleh aksesir pariwisata yang semakin banyak. "Saat ini, pantai di Kuta-Seminyak sangat terganggu karena tidak ada batasan yang tepat", katanya.
Moehamad Iriawan menekankan bahwa abrasi tersebut juga dipengaruhi oleh pola alam yang sedang berubah akibat perubahan iklim. "Pantai yang sebelumnya stabil, kini mulai mengalami fenomena abrasi", katanya.
Menteri Moehamad Iriawan menyatakan bahwa pemerintah setuju dengan kebutuhan warga dan wisatawan untuk memiliki pantai yang aman dan nyaman. Pemerintah berencana untuk mengembangkan program pemeliharaan garis pantai agar lebih efektif dalam mencegah abrasi.
"Kita tidak ingin pantai Kuta-Seminyak menjadi bagian dari cerita buruk tentang perubahan iklim", katanya.