Kebijakan buka tutup anggaran pada tahun 2025 ternyata membuat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengalami kesulitan dalam menerapkan kebijakan tersebut. Menurut Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, kebijakan ini cukup mengagetkan bagi kementerian dan memperlambat kecepatan penyerapan anggaran.
Dalam rapat dengan Komisi V DPR, Selasa (18/11/2025), Dudy menyatakan bahwa realisasi anggaran Kemenhub per 17 November 2025 hanya mencapai 65,52 persen dari pagu Rp29,51 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan buka tutup anggaran pada tahun ini memerlukan penyesuaian yang lebih besar daripada yang diharapkan.
Duty menyebutkan bahwa kebijakan tersebut dikeluarkan oleh Presiden Prabowo Subianto lewat Instruksi Presiden (Inpres) No.I/2025 untuk efisiensi anggaran. Namun, ini mempengaruhi agenda kementerian dan membuat penyerapan anggaran di beberapa sektor menjadi lebih lambat.
"Karena adanya kebijakan buka tutup sehingga perlu penyesuaian dari teman-teman," kata Duty. "Memang ada beberapa anggaran yang penyerapannya kami masih membutuhkan koordinasi dengan beberapa pihak terkait sehingga ini juga agak sedikit memperlambat."
Meski menghadapi tantangan tersebut, Dudy tetap berkomitmen untuk mengejar penyerapan anggaran hingga akhir tahun. Namun, dia berharap bahwa koordinasi yang dilakukan lintas lembaga menjadi lebih lancar sehingga pada akhir tahun ini dapat menyerap anggaran dengan cepat.
Realisasi anggaran di lingkungan Kemenhub menunjukkan ketimpangan yang signifikan. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menjadi yang tertinggi dengan realisasi 70,02 persen, sedangkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian mencatat realisasi terendah sebesar 44,04 persen.
Duty berharap pengalaman tahun 2025 dapat menjadi pembelajaran untuk tahun berikutnya. "Harapan kami bahwa dengan apa yang terjadi di 2025 ini menjadi referensi kami dalam pelaksanaan pada anggaran 2026," katanya.
Dalam rapat dengan Komisi V DPR, Selasa (18/11/2025), Dudy menyatakan bahwa realisasi anggaran Kemenhub per 17 November 2025 hanya mencapai 65,52 persen dari pagu Rp29,51 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan buka tutup anggaran pada tahun ini memerlukan penyesuaian yang lebih besar daripada yang diharapkan.
Duty menyebutkan bahwa kebijakan tersebut dikeluarkan oleh Presiden Prabowo Subianto lewat Instruksi Presiden (Inpres) No.I/2025 untuk efisiensi anggaran. Namun, ini mempengaruhi agenda kementerian dan membuat penyerapan anggaran di beberapa sektor menjadi lebih lambat.
"Karena adanya kebijakan buka tutup sehingga perlu penyesuaian dari teman-teman," kata Duty. "Memang ada beberapa anggaran yang penyerapannya kami masih membutuhkan koordinasi dengan beberapa pihak terkait sehingga ini juga agak sedikit memperlambat."
Meski menghadapi tantangan tersebut, Dudy tetap berkomitmen untuk mengejar penyerapan anggaran hingga akhir tahun. Namun, dia berharap bahwa koordinasi yang dilakukan lintas lembaga menjadi lebih lancar sehingga pada akhir tahun ini dapat menyerap anggaran dengan cepat.
Realisasi anggaran di lingkungan Kemenhub menunjukkan ketimpangan yang signifikan. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menjadi yang tertinggi dengan realisasi 70,02 persen, sedangkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian mencatat realisasi terendah sebesar 44,04 persen.
Duty berharap pengalaman tahun 2025 dapat menjadi pembelajaran untuk tahun berikutnya. "Harapan kami bahwa dengan apa yang terjadi di 2025 ini menjadi referensi kami dalam pelaksanaan pada anggaran 2026," katanya.