Pada bulan oktober tahun lalu, ilmuwan dari Princeton Plasma Physics Laboratory (PPPL) berhasil menemukan petunjuk baru yang dapat menjelaskan misteri panas di Matahari. Mereka menemukan bahwa gelombang plasma yang terpantul bisa menjadi sumber pemanasan ekstrem di area yang disebut lubang koronal.
Lubang koronal adalah wilayah berkerapatan rendah di korona matahari dengan medan magnet terbuka menuju luar angkasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa pantulan gelombang plasma bisa menjadi mekanisme penyebab pemanasan ekstrem di lubang koronal.
Ilmuwan Sayak Bose dari tim peneliti PPPL menjelaskan bahwa mereka melakukan percobaan menggunakan Large Plasma Device (LAPD) di University of California, Los Angeles (UCLA). Alat ini memiliki tabung plasma sepanjang 20 meter yang digunakan untuk membuat gelombang Alfvén, gelombang yang ada di medan magnet dalam gas panas (plasma).
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ketika gelombang Alfvén melewati daerah dengan kerapatan plasma dan kekuatan medan magnet yang berbeda, gelombang itu bisa terpantul kembali ke arah sumbernya. Tumbukan antara gelombang yang bergerak maju dan yang terpantul menciptakan turbulensi, yang pada akhirnya menghasilkan panas.
Selain uji laboratorium, tim juga menjalankan simulasi komputer untuk memastikan hasilnya. Simulasi tersebut mengonfirmasi bahwa fenomena pantulan gelombang Alfvén memang dapat terjadi di kondisi yang menyerupai korona matahari.
Penelitian ini menunjukkan betapa eksperimen sederhana di laboratorium dapat membuka pemahaman baru tentang fenomena kompleks di alam semesta. Menurut Sayak Bose, hasilnya sungguh luar biasa dan dapat membantu kita memahami lebih dalam bagaimana Matahari bekerja.
Fenomena panas di Matahari masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini, tapi penelitian ini menunjukkan bahwa pantulan gelombang plasma bisa menjadi salah satu penyebabnya.
Lubang koronal adalah wilayah berkerapatan rendah di korona matahari dengan medan magnet terbuka menuju luar angkasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa pantulan gelombang plasma bisa menjadi mekanisme penyebab pemanasan ekstrem di lubang koronal.
Ilmuwan Sayak Bose dari tim peneliti PPPL menjelaskan bahwa mereka melakukan percobaan menggunakan Large Plasma Device (LAPD) di University of California, Los Angeles (UCLA). Alat ini memiliki tabung plasma sepanjang 20 meter yang digunakan untuk membuat gelombang Alfvén, gelombang yang ada di medan magnet dalam gas panas (plasma).
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ketika gelombang Alfvén melewati daerah dengan kerapatan plasma dan kekuatan medan magnet yang berbeda, gelombang itu bisa terpantul kembali ke arah sumbernya. Tumbukan antara gelombang yang bergerak maju dan yang terpantul menciptakan turbulensi, yang pada akhirnya menghasilkan panas.
Selain uji laboratorium, tim juga menjalankan simulasi komputer untuk memastikan hasilnya. Simulasi tersebut mengonfirmasi bahwa fenomena pantulan gelombang Alfvén memang dapat terjadi di kondisi yang menyerupai korona matahari.
Penelitian ini menunjukkan betapa eksperimen sederhana di laboratorium dapat membuka pemahaman baru tentang fenomena kompleks di alam semesta. Menurut Sayak Bose, hasilnya sungguh luar biasa dan dapat membantu kita memahami lebih dalam bagaimana Matahari bekerja.
Fenomena panas di Matahari masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini, tapi penelitian ini menunjukkan bahwa pantulan gelombang plasma bisa menjadi salah satu penyebabnya.