Gazapun Terjebak dalam Keduluan Hamas dalam Fase Transisi
Pada awalnya, perlu diingat bahwa Hamas merupakan salah satu kelompok Palestina yang paling kuat dan terorganisir. Mereka berhasil mengambil alih Gaza selama Perang Israel-Palestina tahun 2007-2009.
Dalam fase transisi ini, Hamas menemukan dirinya dalam posisi yang sangat sulit. Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan kebijakan baru yang berfokus pada pengembangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di Gaza.
Namun, Hamas tetap terjebak dalam kendal pemerintah Baru Gaza. Kedua kelompok Palestina utama, Fatah dan Hamas, masih belum bisa mencapai kesepakatan yang kuat untuk menggabungkan kekuasaan di Gaza.
"Kesulitan ini disebabkan karena Hamas tetap tidak mau mengakui kekuasaan Fatah sebagai oposisi diPalestina," kata sumber di Pemerintah Baru Gaza. "Sementara itu, Hamas juga takut akan konsekuensi jika mereka terlalu cepat menyerah."
Hamas telah berusaha untuk memperkuat posisinya dengan menggelapkan pendukungannya. Mereka juga telah melakukan serangan terhadap kelompok-kelompok Palestina lain yang tidak mendukung agenda mereka.
Namun, perlu diingat bahwa Hamas masih tetap dalam keadaan yang sangat sulit. Mereka harus berjuang untuk mempertahankan posisinya dan mencari jalan keluar dari kesulitan ini.
"Dengan mengandalkan pendukungannya sendiri, Hamas bisa bertahan dalam jangka panjang," kata ahli politik Palestina. "Namun, jika mereka tidak dapat mencari jalan keluar dari kesulitan ini, maka mungkin akan terjadi konsekuensi yang signifikan."
Pada awalnya, perlu diingat bahwa Hamas merupakan salah satu kelompok Palestina yang paling kuat dan terorganisir. Mereka berhasil mengambil alih Gaza selama Perang Israel-Palestina tahun 2007-2009.
Dalam fase transisi ini, Hamas menemukan dirinya dalam posisi yang sangat sulit. Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan kebijakan baru yang berfokus pada pengembangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di Gaza.
Namun, Hamas tetap terjebak dalam kendal pemerintah Baru Gaza. Kedua kelompok Palestina utama, Fatah dan Hamas, masih belum bisa mencapai kesepakatan yang kuat untuk menggabungkan kekuasaan di Gaza.
"Kesulitan ini disebabkan karena Hamas tetap tidak mau mengakui kekuasaan Fatah sebagai oposisi diPalestina," kata sumber di Pemerintah Baru Gaza. "Sementara itu, Hamas juga takut akan konsekuensi jika mereka terlalu cepat menyerah."
Hamas telah berusaha untuk memperkuat posisinya dengan menggelapkan pendukungannya. Mereka juga telah melakukan serangan terhadap kelompok-kelompok Palestina lain yang tidak mendukung agenda mereka.
Namun, perlu diingat bahwa Hamas masih tetap dalam keadaan yang sangat sulit. Mereka harus berjuang untuk mempertahankan posisinya dan mencari jalan keluar dari kesulitan ini.
"Dengan mengandalkan pendukungannya sendiri, Hamas bisa bertahan dalam jangka panjang," kata ahli politik Palestina. "Namun, jika mereka tidak dapat mencari jalan keluar dari kesulitan ini, maka mungkin akan terjadi konsekuensi yang signifikan."