Pemerintah daerah (Pemda) harus mengoptimalkan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk menekan potensi kenaikan harga beras di daerah. Menurut Menteri Dalam Negeri RI Muhammad Tito Karnavian, tujuh kanal penyaluran beras SPHP tersebut meliputi pengecer di pasar rakyat, Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, outlet pangan binaan dan Gerakan Pasar Murah (GPM) Pemda, outlet Badan Usaha Milik Negara (BUMN), outlet instansi pemerintahan, Rumah Pangan Kita (RPK) Perum Bulog, serta swalayan atau toko modern.
Menteri Tito menekankan pentingnya sinergi dengan BUMN pangan dan instansi pemerintah yang memiliki jaringan distribusi kuat. Selain itu, promosi beras SPHP oleh Perum Bulog serta jalur distribusi dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan ritel modern harus dimaksimalkan untuk mempercepat penyaluran beras SPHP ke masyarakat.
Kemudian, Menteri Tito juga membahas tentang operasi khusus yang dilakukan dengan prioritas di daerah yang katakanlah di atas 1% kenaikannya. "Kami kalau lihat dari data itu enggak banyak sebetulnya jumlah daerah-daerah yang [kenaikannya] di atas 1% itu, hanya 16 (daerah) saja," katanya.
Menteri Tito juga menyampaikan bahwa inflasi Indonesia secara year-on-year (YoY) September 2025 dibanding September 2024 tercatat sebesar 2,65%. Angka ini dinilai cukup baik dari sisi produsen maupun konsumen.
Menteri Tito menekankan pentingnya sinergi dengan BUMN pangan dan instansi pemerintah yang memiliki jaringan distribusi kuat. Selain itu, promosi beras SPHP oleh Perum Bulog serta jalur distribusi dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan ritel modern harus dimaksimalkan untuk mempercepat penyaluran beras SPHP ke masyarakat.
Kemudian, Menteri Tito juga membahas tentang operasi khusus yang dilakukan dengan prioritas di daerah yang katakanlah di atas 1% kenaikannya. "Kami kalau lihat dari data itu enggak banyak sebetulnya jumlah daerah-daerah yang [kenaikannya] di atas 1% itu, hanya 16 (daerah) saja," katanya.
Menteri Tito juga menyampaikan bahwa inflasi Indonesia secara year-on-year (YoY) September 2025 dibanding September 2024 tercatat sebesar 2,65%. Angka ini dinilai cukup baik dari sisi produsen maupun konsumen.