Pemerintah meluncurkan visi untuk mengubah kebijakan peran Inspektorat Jenderal (Itjen) di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menurut Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Itjen harus menjadi mitra strategis yang memberikan nilai tambah dan solusi bagi setiap kebijakan serta program kementerian.
"Kita harus mengubah cara pandang dari 'awas ada Itjen' menjadi 'untung ada Itjen'. Inspektorat bukan sekedar pengawas, melainkan bagian dari ekosistem yang membantu kementerian bekerja lebih efektif, efisien, dan berintegritas," ujar Yassierli saat membuka Rapat Kerja Inspektorat Jenderal.
Itjen perlu menerapkan pendekatan pengawasan berbasis konsultasi dan risiko untuk membantu unit kerja memperbaiki tata kelola sejak tahap perencanaan. "Pengawasan harus fokus pada area yang berdampak besar bagi publik dan anggaran. Itjen harus hadir sejak awal proses kebijakan, bukan setelah masalah muncul," katanya.
Yassierli juga menyoroti pentingnya sinergi antarlembaga dalam menciptakan ekosistem pengawasan yang kuat dan efektif. Selain memperkuat fungsi konsultatif, dia juga menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kompetensi auditor internal melalui pelatihan, sertifikasi, serta pemanfaatan data analytics dan digitalisasi proses pengawasan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Itjen telah mengalami perubahan paradigma dalam upaya meningkatkan kinerja Kementerian. Menteri Yassierli berharap Itjen dapat menjadi pusat keunggulan yang tidak hanya memastikan kepatuhan, tetapi juga memberikan rekomendasi strategis. "Auditor masa kini harus mampu membaca arah kebijakan, menganalisis risiko, dan memberikan nasihat yang solutif. Itjen harus proaktif, bukan reaktif," tuturnya.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran Itjen, Inspektur Jenderal Roni Dwi Susanto menyampaikan tema 'Transformasi APIP Menjadi Trusted Advisor' untuk memperkuat peran dan arah strategis Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). "Rapat kerja ini kami rancang sebagai momentum menyamakan persepsi dan arah kebijakan seluruh jajaran Itjen. Kami ingin membangun komitmen bersama agar pengawasan tidak hanya berorientasi pada kepatuhan, tetapi juga pada penciptaan nilai tambah melalui manajemen risiko dan konsultasi yang konstruktif," ujar Roni.
"Kita harus mengubah cara pandang dari 'awas ada Itjen' menjadi 'untung ada Itjen'. Inspektorat bukan sekedar pengawas, melainkan bagian dari ekosistem yang membantu kementerian bekerja lebih efektif, efisien, dan berintegritas," ujar Yassierli saat membuka Rapat Kerja Inspektorat Jenderal.
Itjen perlu menerapkan pendekatan pengawasan berbasis konsultasi dan risiko untuk membantu unit kerja memperbaiki tata kelola sejak tahap perencanaan. "Pengawasan harus fokus pada area yang berdampak besar bagi publik dan anggaran. Itjen harus hadir sejak awal proses kebijakan, bukan setelah masalah muncul," katanya.
Yassierli juga menyoroti pentingnya sinergi antarlembaga dalam menciptakan ekosistem pengawasan yang kuat dan efektif. Selain memperkuat fungsi konsultatif, dia juga menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kompetensi auditor internal melalui pelatihan, sertifikasi, serta pemanfaatan data analytics dan digitalisasi proses pengawasan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Itjen telah mengalami perubahan paradigma dalam upaya meningkatkan kinerja Kementerian. Menteri Yassierli berharap Itjen dapat menjadi pusat keunggulan yang tidak hanya memastikan kepatuhan, tetapi juga memberikan rekomendasi strategis. "Auditor masa kini harus mampu membaca arah kebijakan, menganalisis risiko, dan memberikan nasihat yang solutif. Itjen harus proaktif, bukan reaktif," tuturnya.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran Itjen, Inspektur Jenderal Roni Dwi Susanto menyampaikan tema 'Transformasi APIP Menjadi Trusted Advisor' untuk memperkuat peran dan arah strategis Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). "Rapat kerja ini kami rancang sebagai momentum menyamakan persepsi dan arah kebijakan seluruh jajaran Itjen. Kami ingin membangun komitmen bersama agar pengawasan tidak hanya berorientasi pada kepatuhan, tetapi juga pada penciptaan nilai tambah melalui manajemen risiko dan konsultasi yang konstruktif," ujar Roni.