KSSK Terus Meningkatkan Antara, Menghadapi Risiko Ketidakpastian
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa stabilitas sistem keuangan (SSK) di triwulan III 2025 tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disampaikan dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Triwulan III 2025, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin lalu.
"Stabilitas Sistem Keuangan triwulan III 2025 tetap terjaga dan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi, dengan terus mewaspadai berbagai risiko global," kata Purbaya. Meski begitu, KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), serta Ketua DK Lembaga Penjamin Simpanan (DK LPS) berkomitmen untuk memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan antaranggota KSSK dengan Kementerian/Lembaga lain.
Pertumbuhan ekonomi dunia masih menghadapi tantangan akibat dampak tarif Amerika Serikat yang menyebabkan ketidakpastian tetap tinggi. Namun, ekspektasi perbaikan ekonomi ke depan mulai menguat. Selain itu, aktivitas ekonomi AS yang masih lemah juga dikhawatirkan akan berdampak pada pelemahan pasar tenaga kerja.
Kondisi ini berpotensi mendorong Bank Sentral AS memangkas suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin pada Oktober 2025 menjadi di kisaran 3,75-4 persen. Perekonomian Eropa, Jepang, Cina, dan India yang belum pulih sepenuhnya juga menjadi perhatian.
"IMF merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 3,2 persen dalam laporan 2025, outlook Juli 2025 sebelumnya di 3 persen. Meskipun masih lebih rendah dibanding tahun 2024 di level 3,3 persen, kita di dalam kondisi keuangan yang lebih longgar," papar Purbaya.
KSSK tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai risiko ketidakpastian global dan disertai dengan respons kebijakan yang efektif.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa stabilitas sistem keuangan (SSK) di triwulan III 2025 tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini disampaikan dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Triwulan III 2025, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin lalu.
"Stabilitas Sistem Keuangan triwulan III 2025 tetap terjaga dan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi, dengan terus mewaspadai berbagai risiko global," kata Purbaya. Meski begitu, KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK), serta Ketua DK Lembaga Penjamin Simpanan (DK LPS) berkomitmen untuk memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan antaranggota KSSK dengan Kementerian/Lembaga lain.
Pertumbuhan ekonomi dunia masih menghadapi tantangan akibat dampak tarif Amerika Serikat yang menyebabkan ketidakpastian tetap tinggi. Namun, ekspektasi perbaikan ekonomi ke depan mulai menguat. Selain itu, aktivitas ekonomi AS yang masih lemah juga dikhawatirkan akan berdampak pada pelemahan pasar tenaga kerja.
Kondisi ini berpotensi mendorong Bank Sentral AS memangkas suku bunga acuannya, Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin pada Oktober 2025 menjadi di kisaran 3,75-4 persen. Perekonomian Eropa, Jepang, Cina, dan India yang belum pulih sepenuhnya juga menjadi perhatian.
"IMF merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 3,2 persen dalam laporan 2025, outlook Juli 2025 sebelumnya di 3 persen. Meskipun masih lebih rendah dibanding tahun 2024 di level 3,3 persen, kita di dalam kondisi keuangan yang lebih longgar," papar Purbaya.
KSSK tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai risiko ketidakpastian global dan disertai dengan respons kebijakan yang efektif.