Komnas Perempuan menggelar pelatihan pemberitaan tentang femisida, di mana jurnalis dan mahasiswa berdiskusi tentang isu kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan elemen feminis. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman jurnalis tentang femisida dan cara-cara menulis isu tersebut dengan lebih ramah dan non-sensasional.
Komisioner Komnas Perempuan, Chatarina Pancer Istiyani atau yang akrab disapa Keket, mengatakan bahwa masih banyak pemberitaan tentang femisida yang dikemas secara sensasional dan tidak berpihak terhadap korban. Dia menekankan pentingnya jurnalis memiliki perspektif yang lebih ramah dan non-victim blaming (menyalahkan korban) ketika menulis isu femisida.
"Femisida bukan hanya pembunuhan perempuan, tapi juga penargetan dan ditransmisi karena jenis kelamin atau gendernya yang didorong superioritas," kata Keket. "Jadi, jurnalis harus memiliki perspektif yang lebih luas dan tidak hanya melihat dari sudut pandang korban, tetapi juga dari sudut pandang sosial dan budaya."
Selain itu, Komnas Perempuan juga menerbitkan buku panduan jurnalis dalam menulis isu femisida untuk membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu ini. Buku panduan tersebut dibuat bersama sejumlah jurnalis perempuan yang berfokus pada isu tersebut.
Keket juga berharap bahwa setelah adanya pelatihan ini, jurnalis dapat memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan dengan perspektif gender dan tidak memasangi korban. Dia mengingatkan pentingnya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang femisida dan cara-cara menulis isu tersebut dengan lebih ramah dan non-sensasional.
"Femisida bukan hanya masalah perempuan, tapi juga masalah masyarakat yang harus dihadapi secara bersama-sama," kata Keket. "Jadi, jurnalis harus memiliki perspektif yang lebih luas dan tidak hanya melihat dari sudut pandang korban, tetapi juga dari sudut pandang sosial dan budaya."
Komisioner Komnas Perempuan, Chatarina Pancer Istiyani atau yang akrab disapa Keket, mengatakan bahwa masih banyak pemberitaan tentang femisida yang dikemas secara sensasional dan tidak berpihak terhadap korban. Dia menekankan pentingnya jurnalis memiliki perspektif yang lebih ramah dan non-victim blaming (menyalahkan korban) ketika menulis isu femisida.
"Femisida bukan hanya pembunuhan perempuan, tapi juga penargetan dan ditransmisi karena jenis kelamin atau gendernya yang didorong superioritas," kata Keket. "Jadi, jurnalis harus memiliki perspektif yang lebih luas dan tidak hanya melihat dari sudut pandang korban, tetapi juga dari sudut pandang sosial dan budaya."
Selain itu, Komnas Perempuan juga menerbitkan buku panduan jurnalis dalam menulis isu femisida untuk membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu ini. Buku panduan tersebut dibuat bersama sejumlah jurnalis perempuan yang berfokus pada isu tersebut.
Keket juga berharap bahwa setelah adanya pelatihan ini, jurnalis dapat memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan dengan perspektif gender dan tidak memasangi korban. Dia mengingatkan pentingnya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang femisida dan cara-cara menulis isu tersebut dengan lebih ramah dan non-sensasional.
"Femisida bukan hanya masalah perempuan, tapi juga masalah masyarakat yang harus dihadapi secara bersama-sama," kata Keket. "Jadi, jurnalis harus memiliki perspektif yang lebih luas dan tidak hanya melihat dari sudut pandang korban, tetapi juga dari sudut pandang sosial dan budaya."