RSV, penyakit batuk pilek biasa, menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Virus ini bisa menyebabkan komplikasi berat dan bahkan kematian, terutama pada kelompok rentan seperti lansia atau orang dengan penyakit penyerta. Menurut Dr Robert Sinto, penelitian menunjukkan bahwa 3-7 persen populasi umum dapat terinfeksi RSV dalam satu periode, sementara pada kelompok berisiko angkanya meningkat menjadi 4-10 persen.
Kelompok lansia yang tampak sehat pun mengalami peningkatan risiko enam kali lipat masuk rumah sakit ketika memasuki usia 75 tahun ke atas. Selain infeksi paru, RSV juga dapat memicu gagal jantung, serangan jantung, hingga kegagalan transplantasi pada pasien dengan imunitas rendah.
Jika dibandingkan influenza, RSV memiliki dampak yang tidak kalah buruk. Di Amerika Serikat, 12 persen pasien influenza harus dirawat di rumah sakit, sementara pada RSV angkanya mencapai 15 persen. Dalam penggunaan ventilator, influenza mencatat 13 persen dan RSV 10 persen.
Tingkat kematiannya pun hampir sama, yakni 8 persen untuk RSV dan 7 persen untuk influenza. Artinya, RSV tidak lebih ringan dan sama berbahayanya. Oleh karena itu, pencegahan menjadi langkah utama dengan menggunakan vaksin RSV yang telah ditunjukkan efektif sekitar 80 persen mencegah infeksi bergejala dan rawat inap.
Vaksin RSV dapat diberikan bersamaan dengan vaksin influenza, COVID-19, pneumonia, atau zoster tanpa menurunkan efektivitas masing-masing vaksin. Karena itu, Dr Robert Sinto menekankan pentingnya vaksinasi terutama bagi lansia dan orang dengan penyakit penyerta, mengingat kelompok ini adalah yang paling rentan mengalami komplikasi berat.
Dengan meningkatnya kesadaran dan akses vaksinasi yang lebih luas, diharapkan risiko penyakit serius akibat RSV dapat ditekan. Langkah preventif terbukti menjadi cara paling efektif untuk melindungi kelompok rentan sekaligus mengurangi beban kesehatan secara keseluruhan.
Kelompok lansia yang tampak sehat pun mengalami peningkatan risiko enam kali lipat masuk rumah sakit ketika memasuki usia 75 tahun ke atas. Selain infeksi paru, RSV juga dapat memicu gagal jantung, serangan jantung, hingga kegagalan transplantasi pada pasien dengan imunitas rendah.
Jika dibandingkan influenza, RSV memiliki dampak yang tidak kalah buruk. Di Amerika Serikat, 12 persen pasien influenza harus dirawat di rumah sakit, sementara pada RSV angkanya mencapai 15 persen. Dalam penggunaan ventilator, influenza mencatat 13 persen dan RSV 10 persen.
Tingkat kematiannya pun hampir sama, yakni 8 persen untuk RSV dan 7 persen untuk influenza. Artinya, RSV tidak lebih ringan dan sama berbahayanya. Oleh karena itu, pencegahan menjadi langkah utama dengan menggunakan vaksin RSV yang telah ditunjukkan efektif sekitar 80 persen mencegah infeksi bergejala dan rawat inap.
Vaksin RSV dapat diberikan bersamaan dengan vaksin influenza, COVID-19, pneumonia, atau zoster tanpa menurunkan efektivitas masing-masing vaksin. Karena itu, Dr Robert Sinto menekankan pentingnya vaksinasi terutama bagi lansia dan orang dengan penyakit penyerta, mengingat kelompok ini adalah yang paling rentan mengalami komplikasi berat.
Dengan meningkatnya kesadaran dan akses vaksinasi yang lebih luas, diharapkan risiko penyakit serius akibat RSV dapat ditekan. Langkah preventif terbukti menjadi cara paling efektif untuk melindungi kelompok rentan sekaligus mengurangi beban kesehatan secara keseluruhan.