Kemensos Gelar Pelatihan Genjot Kualitas Perawatan Lansia-Disabilitas, upaya mewujudkan care economy di Indonesia. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pendamping dalam memberikan perawatan sosial yang layak dan aman bagi lanjut usia dan penyandang disabilitas berat.
Pelatihan dilaksanakan secara paralel di dua lokasi, yaitu Wisma Pendawa Ciumbuleuit Bandung dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta. Kegiatan ini memperkuat implementasi program ATENSI Lanjut Usia, ATENSI Penyandang Disabilitas, serta Program Permakanan.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Supomo menyampaikan bahwa penguatan care economy merupakan kebijakan penting Kementerian Sosial dalam menjawab perubahan struktur demografi dan keterbatasan dukungan keluarga. Ia menegaskan bahwa perawatan tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi menjadi gerakan sosial bersama antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat.
Supomo juga menekankan dimensi kemanusiaan dalam profesi caregiver. Ia mengingatkan bahwa keterampilan teknis saja tidak cukup, melainkan perlu memiliki keikhlasan dan semangat dalam merawat orang lain. Ia berharap seluruh ilmu yang diperoleh peserta dapat diterapkan langsung di lapangan.
Pelatihan ini diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah, termasuk Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kuningan, Sumedang, Indramayu, dan Sukabumi untuk kategori lansia, serta Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Sleman, Klaten, Sukoharjo, Sragen, dan Boyolali untuk kategori disabilitas.
Materi pelatihan meliputi kebijakan rehabilitasi sosial, kode etik pendampingan, pemenuhan kebutuhan dasar, komunikasi efektif, pencegahan luka tekan, manajemen kasus, serta praktik Activity of Daily Living (ADL). Peserta juga mengikuti praktik langsung dan evaluasi komprehensif.
Dengan demikian, Kemensos mendorong pendamping dan caregiver menjadi fasilitator keluarga, bukan hanya pelaksana layanan. Mereka dibekali kemampuan untuk memperkuat keluarga penerima manfaat agar mampu memberikan perawatan dari rumah.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan care economy sebagai sistem perawatan sosial yang tidak hanya menyediakan layanan, tetapi juga membuka lapangan kerja, memperkuat nilai kemanusiaan, dan membangun kepedulian di masyarakat.
Pelatihan dilaksanakan secara paralel di dua lokasi, yaitu Wisma Pendawa Ciumbuleuit Bandung dan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta. Kegiatan ini memperkuat implementasi program ATENSI Lanjut Usia, ATENSI Penyandang Disabilitas, serta Program Permakanan.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Supomo menyampaikan bahwa penguatan care economy merupakan kebijakan penting Kementerian Sosial dalam menjawab perubahan struktur demografi dan keterbatasan dukungan keluarga. Ia menegaskan bahwa perawatan tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi menjadi gerakan sosial bersama antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat.
Supomo juga menekankan dimensi kemanusiaan dalam profesi caregiver. Ia mengingatkan bahwa keterampilan teknis saja tidak cukup, melainkan perlu memiliki keikhlasan dan semangat dalam merawat orang lain. Ia berharap seluruh ilmu yang diperoleh peserta dapat diterapkan langsung di lapangan.
Pelatihan ini diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah, termasuk Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kuningan, Sumedang, Indramayu, dan Sukabumi untuk kategori lansia, serta Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Sleman, Klaten, Sukoharjo, Sragen, dan Boyolali untuk kategori disabilitas.
Materi pelatihan meliputi kebijakan rehabilitasi sosial, kode etik pendampingan, pemenuhan kebutuhan dasar, komunikasi efektif, pencegahan luka tekan, manajemen kasus, serta praktik Activity of Daily Living (ADL). Peserta juga mengikuti praktik langsung dan evaluasi komprehensif.
Dengan demikian, Kemensos mendorong pendamping dan caregiver menjadi fasilitator keluarga, bukan hanya pelaksana layanan. Mereka dibekali kemampuan untuk memperkuat keluarga penerima manfaat agar mampu memberikan perawatan dari rumah.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan care economy sebagai sistem perawatan sosial yang tidak hanya menyediakan layanan, tetapi juga membuka lapangan kerja, memperkuat nilai kemanusiaan, dan membangun kepedulian di masyarakat.