Keanekaragaman anjing bukanlah hal baru, malah telah ada sejak zaman batu. Menurut penelitian Dr. Allowen Evin dan koleganya, morfologi anjing mulai mengalami perubahan sekitar 11.000 tahun lalu, saat manusia di satu area dan lainnya sudah hidup dengan cara berbeda.
Pada era Pleistosen akhir, semua tengkorak yang sebelumnya diklaim sebagai "anjing generasi awal" ternyata tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibanding tengkorak serigala. Perubahan yang dimaksud, ketika anjing dan serigala mulai tampak berbeda, baru benar-benar terlihat pada zaman Holosen awal.
Pada saat itu, mulai muncul tengkorak berbeda bentuk, terutama ditandai dengan moncong lebih pendek dan proporsi kepala tak sebesar sebelumnya. Ini adalah titik ketika anjing, sebagai sebuah spesies, pada akhirnya benar-benar lahir.
Keanekaragaman anjing yang muncul pada masa Holosen awal tersebut tidak bisa menjelaskan fenomena yang kita lihat sekarang, yaitu ada 300-400 ras anjing yang diakui oleh beberapa badan internasional. Penjelasannya tidak ditemukan sekitar 11.000 tahun lalu, melainkan sekitar 100-200 tahun lalu.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa keanekaragaman anjing yang muncul pada masa Holosen awal tersebut bukanlah hasil dari "konspirasi" Kennel Club, organisasi resmi pemelihara anjing, pada zaman Victoria. Sebaliknya, keanekaragaman tersebut merupakan pengembangan lebih jauh dari keanekaragaman yang lahir secara alami sebelas ribu tahun silam.
Meski demikian, bisa dibilang bahwa keanekaragaman ala Victoria sebenarnya merupakan pengembangan lebih jauh dari keanekaragaman yang lahir secara alami. Sebab, ada pula anjing-anjing ras modern yang sebenarnya masih dihargai murni karena fungsinya, seperti Belgian Malinois yang disebut sebagai anjing militer, atau Australian Shepherd dan German Shepherd yang digunakan sebagai penggembala.
Dalam keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa keanekaragaman anjing bukanlah hal baru, melainkan telah ada sejak zaman batu. Namun, keanekaragaman yang kita lihat sekarang tidak sepenuhnya sama dengan yang muncul pada masa Holosen awal.
Pada era Pleistosen akhir, semua tengkorak yang sebelumnya diklaim sebagai "anjing generasi awal" ternyata tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibanding tengkorak serigala. Perubahan yang dimaksud, ketika anjing dan serigala mulai tampak berbeda, baru benar-benar terlihat pada zaman Holosen awal.
Pada saat itu, mulai muncul tengkorak berbeda bentuk, terutama ditandai dengan moncong lebih pendek dan proporsi kepala tak sebesar sebelumnya. Ini adalah titik ketika anjing, sebagai sebuah spesies, pada akhirnya benar-benar lahir.
Keanekaragaman anjing yang muncul pada masa Holosen awal tersebut tidak bisa menjelaskan fenomena yang kita lihat sekarang, yaitu ada 300-400 ras anjing yang diakui oleh beberapa badan internasional. Penjelasannya tidak ditemukan sekitar 11.000 tahun lalu, melainkan sekitar 100-200 tahun lalu.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa keanekaragaman anjing yang muncul pada masa Holosen awal tersebut bukanlah hasil dari "konspirasi" Kennel Club, organisasi resmi pemelihara anjing, pada zaman Victoria. Sebaliknya, keanekaragaman tersebut merupakan pengembangan lebih jauh dari keanekaragaman yang lahir secara alami sebelas ribu tahun silam.
Meski demikian, bisa dibilang bahwa keanekaragaman ala Victoria sebenarnya merupakan pengembangan lebih jauh dari keanekaragaman yang lahir secara alami. Sebab, ada pula anjing-anjing ras modern yang sebenarnya masih dihargai murni karena fungsinya, seperti Belgian Malinois yang disebut sebagai anjing militer, atau Australian Shepherd dan German Shepherd yang digunakan sebagai penggembala.
Dalam keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa keanekaragaman anjing bukanlah hal baru, melainkan telah ada sejak zaman batu. Namun, keanekaragaman yang kita lihat sekarang tidak sepenuhnya sama dengan yang muncul pada masa Holosen awal.