Kapolda Metro Jaya Buka Program 'Starling' untuk Pedagang Kopi Keliling sebagai Mata dan Telinga Kepolisian
Sebuah program unik yang diluncurkan oleh Kapolisi Metro Jaya, yaitu 'starling' atau pedagang kopi keliling. Mereka diharapkan bisa menjadi mata dan telinga kepolisian dalam menangkap kasus-kasus kejahatan.
"Kami ingin meminta bantuan dari para pedagang kopi keliling untuk membantu kami dalam menangkap kasus-kasus kejahatan," kata Inspektur Jenderal Asep Edi Suheri, kepala Kapolisi Metro Jaya. "Mereka bukan sekadar penjual kopi, tetapi juga bagian dari mata dan telinga Kepolisian di lapangan."
Pedagang kopi keliling ini setiap hari berkeliling dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mereka bisa menjadi sumber informasi yang sangat berguna bagi kepolisian dalam menangkap kasus-kasus kejahatan.
"Kalau ada kejadian atau hal mencurigakan, silakan laporkan kepada kami. Bagi yang membantu memberikan informasi, tentu akan kami apresiasi," ucapnya Asep.
Program ini bukan sekadar kegiatan sosial, tetapi juga bagian dari pendekatan humanis kepolisian. Kapolisi ingin membangun kesadaran dan kepercayaan publik terhadap Polri dengan cara yang lebih dekat dan interaktif.
"Kami ingin membangun semangat kebersamaan ini menjadi jembatan penguat antara polisi dan warga," kata Asep. "Melalui semangat 'Jaga Jakarta' mengajak masyarakat menjaga Jakarta agar tetap aman, tertib, dan harmonis."
Program ini juga merupakan bagian dari strategi Community Policing atau Polisi Masyarakat. Kapolisi berharap bahwa dengan program ini, mereka bisa meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri dan memperbaiki hubungan dengan warga.
Pedagang kopi keliling ini menjadi fenomena tersendiri saat ada aksi demonstrasi karena dagangan mereka bakal laris. Kapolisi juga memberikan uang sebesar Rp500 ribu kepada pengemudi ojek online (ojol) yang merekam aksi kriminal di jalanan sebagai mitra strategis kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Sebuah program unik yang diluncurkan oleh Kapolisi Metro Jaya, yaitu 'starling' atau pedagang kopi keliling. Mereka diharapkan bisa menjadi mata dan telinga kepolisian dalam menangkap kasus-kasus kejahatan.
"Kami ingin meminta bantuan dari para pedagang kopi keliling untuk membantu kami dalam menangkap kasus-kasus kejahatan," kata Inspektur Jenderal Asep Edi Suheri, kepala Kapolisi Metro Jaya. "Mereka bukan sekadar penjual kopi, tetapi juga bagian dari mata dan telinga Kepolisian di lapangan."
Pedagang kopi keliling ini setiap hari berkeliling dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mereka bisa menjadi sumber informasi yang sangat berguna bagi kepolisian dalam menangkap kasus-kasus kejahatan.
"Kalau ada kejadian atau hal mencurigakan, silakan laporkan kepada kami. Bagi yang membantu memberikan informasi, tentu akan kami apresiasi," ucapnya Asep.
Program ini bukan sekadar kegiatan sosial, tetapi juga bagian dari pendekatan humanis kepolisian. Kapolisi ingin membangun kesadaran dan kepercayaan publik terhadap Polri dengan cara yang lebih dekat dan interaktif.
"Kami ingin membangun semangat kebersamaan ini menjadi jembatan penguat antara polisi dan warga," kata Asep. "Melalui semangat 'Jaga Jakarta' mengajak masyarakat menjaga Jakarta agar tetap aman, tertib, dan harmonis."
Program ini juga merupakan bagian dari strategi Community Policing atau Polisi Masyarakat. Kapolisi berharap bahwa dengan program ini, mereka bisa meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri dan memperbaiki hubungan dengan warga.
Pedagang kopi keliling ini menjadi fenomena tersendiri saat ada aksi demonstrasi karena dagangan mereka bakal laris. Kapolisi juga memberikan uang sebesar Rp500 ribu kepada pengemudi ojek online (ojol) yang merekam aksi kriminal di jalanan sebagai mitra strategis kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).