Jakarta Film Week 2025: Rano Karno Menjadikan Jakarta Sebagai Kota Perfilman
Rabu malam Jakarta membuka ajang film Jakarta Film Week (JFW) 2025, di mana festival ini mengangkat tema Reignite. Festival ini merupakan ajang yang tidak hanya menampilkan film, tetapi juga menjadi ruang tumbuhnya pengetahuan dan kolaborasi bagi sineas muda.
"Sinema bukan sekedar melestarikan budaya, tapi juga membuka pintu menuju masa depan," kata Rina Damayanti, Festival Director JFW. Ia juga menyatakan bahwa sinema dapat menjadi alat untuk membangun jejaring lintas budaya dan generasi.
Tahun ini, festival menampilkan 134 film dari 25 negara, disertai berbagai program pengembangan industri seperti Lab Produser, Forum Bisnis, dan Talent Hub. Ruang kolaboratif bagi sineas muda dapat bereksperimen dan bertukar gagasan.
JFW juga merupakan bagian dari visi besar menjadikan Jakarta sebagai "Cinema City" pada 2027, bertepatan dengan peringatan 500 tahun Kota Jakarta. Dukungan terhadap festival ini datang dari pemerintah pusat melalui Kementerian Kebudayaan.
"Jakarta Film Week telah membuktikan bahwa talenta film Indonesia punya daya saing global," kata Ahmad Mahendra, Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Ia juga menjelaskan bahwa sejumlah program peningkatan kapasitas yang dihadirkan untuk menyiapkan sineas muda menghadapi lanskap perfilman global.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat profilman nasional. Ia juga mendorong kolaborasi lintas sektor agar ekosistem perfilman Indonesia memiliki akses pendanaan yang lebih kuat.
"Film harus dipandang sebagai investasi budaya," kata Rano. "Jakarta siap menjadi rumah bagi para pembuat film."
Melalui festival ini, komunitas film Indonesia menyalakan kembali imajinasi kolektif dan menghidupkan kembali daya imajinasi yang sempat meredup. Tema Reignite menjadi simbol optimisme bahwa cerita-cerita dari Indonesia dapat terus bergaung di panggung dunia.
"Melalui film, kita menyalakan kembali empati dan koneksi antarmanusia," tutup Rina.
Rabu malam Jakarta membuka ajang film Jakarta Film Week (JFW) 2025, di mana festival ini mengangkat tema Reignite. Festival ini merupakan ajang yang tidak hanya menampilkan film, tetapi juga menjadi ruang tumbuhnya pengetahuan dan kolaborasi bagi sineas muda.
"Sinema bukan sekedar melestarikan budaya, tapi juga membuka pintu menuju masa depan," kata Rina Damayanti, Festival Director JFW. Ia juga menyatakan bahwa sinema dapat menjadi alat untuk membangun jejaring lintas budaya dan generasi.
Tahun ini, festival menampilkan 134 film dari 25 negara, disertai berbagai program pengembangan industri seperti Lab Produser, Forum Bisnis, dan Talent Hub. Ruang kolaboratif bagi sineas muda dapat bereksperimen dan bertukar gagasan.
JFW juga merupakan bagian dari visi besar menjadikan Jakarta sebagai "Cinema City" pada 2027, bertepatan dengan peringatan 500 tahun Kota Jakarta. Dukungan terhadap festival ini datang dari pemerintah pusat melalui Kementerian Kebudayaan.
"Jakarta Film Week telah membuktikan bahwa talenta film Indonesia punya daya saing global," kata Ahmad Mahendra, Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Ia juga menjelaskan bahwa sejumlah program peningkatan kapasitas yang dihadirkan untuk menyiapkan sineas muda menghadapi lanskap perfilman global.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk menjadikan Jakarta sebagai pusat profilman nasional. Ia juga mendorong kolaborasi lintas sektor agar ekosistem perfilman Indonesia memiliki akses pendanaan yang lebih kuat.
"Film harus dipandang sebagai investasi budaya," kata Rano. "Jakarta siap menjadi rumah bagi para pembuat film."
Melalui festival ini, komunitas film Indonesia menyalakan kembali imajinasi kolektif dan menghidupkan kembali daya imajinasi yang sempat meredup. Tema Reignite menjadi simbol optimisme bahwa cerita-cerita dari Indonesia dapat terus bergaung di panggung dunia.
"Melalui film, kita menyalakan kembali empati dan koneksi antarmanusia," tutup Rina.