Tahun ini, Indonesia akan dihiasi fenomena astronomi langka yaitu Cold Moon. Bulan purnama ini muncul setiap Desember dan dikenal sebagai Bulan Dingin Penuh di belahan bumi utara.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cold Moon telah menjadi fenomena yang menarik bagi banyak orang. Fenomena ini mencuri perhatian karena menghadirkan pemandangan langit malam yang unik. Saat muncul di ufuk timur, ilusi bulan membuat satelit alami kita tampak lebih besar dan dramatis. Tak hanya bulan, sejumlah bintang terang dan konstelasi khas musim dingin juga turut menghiasi langit.
Banyak pengamatan Cold Moon dapat dilakukan dengan mata telanjang atau alat sederhana seperti teropong. Lokasi terbuka dan pandangan luas akan memperkaya pengalaman menikmati fenomena ini. Penggemar astronomi maupun masyarakat umum memanfaatkan momen ini untuk mengamati dan mengabadikan langit malam.
Cold Moon 2025 diprediksi muncul pada 4 Desember 2025. Puncak fase purnama terjadi pada pukul 14.48 UTC, atau 21.48 WIB di Indonesia. Walau puncaknya malam hari, bulan mulai terlihat sejak matahari terbenam.
Saat terbit di ufuk timur, efek moon illusion membuat bulan tampak lebih besar. Fenomena ini menciptakan ilusi visual yang menarik bagi mata telanjang. Banyak pengamat juga memanfaatkannya untuk fotografi langit malam. Waktu pengamatan yang tepat membuat kontras bulan dengan langit gelap semakin menonjolkan keindahan visual. Saat pertama kali muncul, bulan sering tampak berwarna kemerahan atau oranye.
Lokasi pengamatan memengaruhi kualitas pengamatan. Tempat tinggi seperti bukit, lapangan, atau atap gedung memberikan pandangan bebas. Garis pantai yang menghadap timur juga cocok untuk melihat bulan. Cuaca menjadi faktor penting untuk melihat Cold Moon. Malam yang cerah tanpa awan atau hujan memberikan hasil terbaik. Hindari lokasi dengan polusi cahaya agar bulan tampak lebih terang.
Selain bulan, langit malam menampilkan gugusan bintang. Pleiades dan bintang terang Aldebaran lebih mudah diamati saat langit gelap. Rasi Orion dan planet Jupiter juga dapat dinikmati secara bersamaan. Penggunaan alat bantu dapat meningkatkan pengalaman. Teropong atau binokular membantu melihat kawah dan siluet permukaan bulan. Kamera DSLR atau smartphone dengan zoom memungkinkan mengabadikan momen.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cold Moon telah menjadi fenomena yang menarik bagi banyak orang. Fenomena ini mencuri perhatian karena menghadirkan pemandangan langit malam yang unik. Saat muncul di ufuk timur, ilusi bulan membuat satelit alami kita tampak lebih besar dan dramatis. Tak hanya bulan, sejumlah bintang terang dan konstelasi khas musim dingin juga turut menghiasi langit.
Banyak pengamatan Cold Moon dapat dilakukan dengan mata telanjang atau alat sederhana seperti teropong. Lokasi terbuka dan pandangan luas akan memperkaya pengalaman menikmati fenomena ini. Penggemar astronomi maupun masyarakat umum memanfaatkan momen ini untuk mengamati dan mengabadikan langit malam.
Cold Moon 2025 diprediksi muncul pada 4 Desember 2025. Puncak fase purnama terjadi pada pukul 14.48 UTC, atau 21.48 WIB di Indonesia. Walau puncaknya malam hari, bulan mulai terlihat sejak matahari terbenam.
Saat terbit di ufuk timur, efek moon illusion membuat bulan tampak lebih besar. Fenomena ini menciptakan ilusi visual yang menarik bagi mata telanjang. Banyak pengamat juga memanfaatkannya untuk fotografi langit malam. Waktu pengamatan yang tepat membuat kontras bulan dengan langit gelap semakin menonjolkan keindahan visual. Saat pertama kali muncul, bulan sering tampak berwarna kemerahan atau oranye.
Lokasi pengamatan memengaruhi kualitas pengamatan. Tempat tinggi seperti bukit, lapangan, atau atap gedung memberikan pandangan bebas. Garis pantai yang menghadap timur juga cocok untuk melihat bulan. Cuaca menjadi faktor penting untuk melihat Cold Moon. Malam yang cerah tanpa awan atau hujan memberikan hasil terbaik. Hindari lokasi dengan polusi cahaya agar bulan tampak lebih terang.
Selain bulan, langit malam menampilkan gugusan bintang. Pleiades dan bintang terang Aldebaran lebih mudah diamati saat langit gelap. Rasi Orion dan planet Jupiter juga dapat dinikmati secara bersamaan. Penggunaan alat bantu dapat meningkatkan pengalaman. Teropong atau binokular membantu melihat kawah dan siluet permukaan bulan. Kamera DSLR atau smartphone dengan zoom memungkinkan mengabadikan momen.