Kemarahan telah menjadi komoditas paling likuid di pasar atensi global, mengalirkan lebih banyak konten provokatif untuk memancing amarah. Algoritma memperkuat kemarahan dengan mengalirkan lebih banyak konten yang memancing emosi negatif. Berita palsu 70 persen lebih mungkin dibagikan dibanding berita benar karena lebih sering dikemas dengan kejutan, moralitas, dan provokasi emosional.
Dalam industri kemarahan ini, nilai diukur bukan dari kebenaran, tetapi keviralan dan keterlibatan emosi publik. Kemarahan berubah menjadi pertunjukan sosial yang dimanipulasi oleh algoritma untuk meningkatkan atensi dan keuntungan ekonomi.
Bangsa ini harus menyiapkan langkah tandingan: membangun industri harapan untuk melawannya. Ada tiga langkah utama, yaitu:
1. Kesadaran individu. Setiap kali menjumpai konten yang memancing emosi, terutama kemarahan, kita perlu bertanya: apakah ini kemarahan yang tulus atau kemarahan yang direkayasa?
2. Sistem tanggap cepat. Setiap pelaku komunikasi, baik lembaga negara maupun swasta, perlu memiliki mekanisme untuk melawan hoaks dalam 60 menit pertama, masa paling krusial dalam arus informasi publik.
3. Membangun dan mendukung industri harapan. Jika kemarahan bisa viral, harapan pun bisa. Riset menunjukkan bahwa bukan hanya amarah, tetapi juga kekaguman, ketakjuban, kebanggaan, dan harapan mampu memicu keterlibatan publik.
Dalam industri kemarahan ini, nilai diukur bukan dari kebenaran, tetapi keviralan dan keterlibatan emosi publik. Kemarahan berubah menjadi pertunjukan sosial yang dimanipulasi oleh algoritma untuk meningkatkan atensi dan keuntungan ekonomi.
Bangsa ini harus menyiapkan langkah tandingan: membangun industri harapan untuk melawannya. Ada tiga langkah utama, yaitu:
1. Kesadaran individu. Setiap kali menjumpai konten yang memancing emosi, terutama kemarahan, kita perlu bertanya: apakah ini kemarahan yang tulus atau kemarahan yang direkayasa?
2. Sistem tanggap cepat. Setiap pelaku komunikasi, baik lembaga negara maupun swasta, perlu memiliki mekanisme untuk melawan hoaks dalam 60 menit pertama, masa paling krusial dalam arus informasi publik.
3. Membangun dan mendukung industri harapan. Jika kemarahan bisa viral, harapan pun bisa. Riset menunjukkan bahwa bukan hanya amarah, tetapi juga kekaguman, ketakjuban, kebanggaan, dan harapan mampu memicu keterlibatan publik.