Dalam kejuaraan Polytron Indonesia Para Badminton Internasional 2025 yang digelar di Solo, tim Indonesia optimis untuk mengejar juara, meskipun dua atlet bintang Deva Anrimusti dan Hafiz Nur Alfarizi tidak bisa berpartisipasi karena terkendala review klasifikasi baru yang diteapkan Badminton World Federation (BWF) pada Agustus lalu.
Dengan kehadiran 140 pemain dari 25 negara, termasuk Prancis dan India sebagai pesaing terbesar, tim Indonesia berharap bisa mengumpulkan beberapa medali untuk meningkatkan prestasi di bidang parabadminton. Namun, kehilangan dua atlet terbaik Indonesia di kategori tunggal membuat tim merasa kurang percaya diri dalam mencapai tujuan juara.
Wakil Sekjen National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto, menyatakan bahwa Prancis dan India akan menjadi pesaing berat bagi tim Indonesia, meskipun kehadiran mereka tidak sepenuhnya. "Ya, Prancis dan India jadi pesaing berat. Bahkan kita kemungkinan kehilangan dua sampai tiga emas karena Deva Anrimusti dan Hafiz Nur Alfarizi, terkendala review klasifikasi," kata Rima.
Kejuaraan ini memiliki total hadiah US$15 ribu untuk single event kolaborasi penyelenggaraan antara Bhakti Olahraga Djarum Foundation, NPCI, dan BWF. Namun, kehadiran dua atlet bintang Indonesia membuat tim merasa penasaran dengan BWF yang memungkinkan Deva dan Hafiz tidak masuk dalam review klasifikasi baru.
"Kita bakal protestasi BWF tentang alasan tidak bisa masuknya Deva dan Hafiz dalam review klasifikasi, yang menjadi aturan baru," kata Rima.
Dengan kehadiran 140 pemain dari 25 negara, termasuk Prancis dan India sebagai pesaing terbesar, tim Indonesia berharap bisa mengumpulkan beberapa medali untuk meningkatkan prestasi di bidang parabadminton. Namun, kehilangan dua atlet terbaik Indonesia di kategori tunggal membuat tim merasa kurang percaya diri dalam mencapai tujuan juara.
Wakil Sekjen National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto, menyatakan bahwa Prancis dan India akan menjadi pesaing berat bagi tim Indonesia, meskipun kehadiran mereka tidak sepenuhnya. "Ya, Prancis dan India jadi pesaing berat. Bahkan kita kemungkinan kehilangan dua sampai tiga emas karena Deva Anrimusti dan Hafiz Nur Alfarizi, terkendala review klasifikasi," kata Rima.
Kejuaraan ini memiliki total hadiah US$15 ribu untuk single event kolaborasi penyelenggaraan antara Bhakti Olahraga Djarum Foundation, NPCI, dan BWF. Namun, kehadiran dua atlet bintang Indonesia membuat tim merasa penasaran dengan BWF yang memungkinkan Deva dan Hafiz tidak masuk dalam review klasifikasi baru.
"Kita bakal protestasi BWF tentang alasan tidak bisa masuknya Deva dan Hafiz dalam review klasifikasi, yang menjadi aturan baru," kata Rima.