Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia Meningkat, Tapi Masih Menghadapi Ancaman Kekurangan Kapasitas Produksi.
Dalam bulan Oktober 2025, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) menunjukkan kenaikan 0,48 poin menjadi 53,50. Namun, ini masih jauh dari target 60 yang diharapkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
"Kami percaya bahwa nilai IKI ini tidak hanya menandakan ekspansi, tapi juga penyesuaian diri kita dengan kondisi global," kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif. Ia menyebutkan bahwa nilai IKI meningkat 0,75 poin dibandingkan dengan nilai IKI Oktober tahun lalu yang sebesar 52,75.
Dalam beberapa subsektor industri pengolahan non-migas, terdapat 22 subsektor yang mengalami ekspansi dan hanya satu saja yang mengalami kontraksi. Dari segi kontribusi terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II 2025, 98,8 persen terhadap PDB tersebut dihasilkan oleh subsektor yang bereksplorasi.
Selain itu, dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah industri pengolahan tembakau dan industri kertas serta barang dari kertas. Sementara satu subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri tekstil.
Menurut Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki pada Kemenperin, Rizky Aditya Wijaya, kondisi ini tidak menunjukkan perlambatan melainkan penyesuaian normal seiring dengan perubahan dinamika perdagangan global. Ia menjelaskan bahwa penyesuaian stok di negara tujuan ekspor seperti Amerika dan Eropa mengakibatkan kesenjangan pada pesanan baru.
"Perlu diperhatikan juga karena adanya pergantian musim, pergantian mode fesyen yang berdampak pada aktivitas industri," tambah Rizky.
Dalam bulan Oktober 2025, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) menunjukkan kenaikan 0,48 poin menjadi 53,50. Namun, ini masih jauh dari target 60 yang diharapkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
"Kami percaya bahwa nilai IKI ini tidak hanya menandakan ekspansi, tapi juga penyesuaian diri kita dengan kondisi global," kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif. Ia menyebutkan bahwa nilai IKI meningkat 0,75 poin dibandingkan dengan nilai IKI Oktober tahun lalu yang sebesar 52,75.
Dalam beberapa subsektor industri pengolahan non-migas, terdapat 22 subsektor yang mengalami ekspansi dan hanya satu saja yang mengalami kontraksi. Dari segi kontribusi terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II 2025, 98,8 persen terhadap PDB tersebut dihasilkan oleh subsektor yang bereksplorasi.
Selain itu, dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah industri pengolahan tembakau dan industri kertas serta barang dari kertas. Sementara satu subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri tekstil.
Menurut Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki pada Kemenperin, Rizky Aditya Wijaya, kondisi ini tidak menunjukkan perlambatan melainkan penyesuaian normal seiring dengan perubahan dinamika perdagangan global. Ia menjelaskan bahwa penyesuaian stok di negara tujuan ekspor seperti Amerika dan Eropa mengakibatkan kesenjangan pada pesanan baru.
"Perlu diperhatikan juga karena adanya pergantian musim, pergantian mode fesyen yang berdampak pada aktivitas industri," tambah Rizky.