INA, lembaga pengelola investasi nasional Indonesia, kembali menjadi sorotan di media sosial. Pasalnya, lembaga ini mengeluarkan anggaran besar-besaran untuk menggaji para pegawai yang jumlahnya tak mencapai 100 orang.
Angka tersebut mencapai Rp400 miliar per tahun! Ini membuat warga online mempertanyakan kebijaksanaan pengelolaan sumber daya nasional. "Ini beneran lembaga negara? Dapet dari portal sebelah, kabarnya lembaga negara ini berpegawai cuma 78 orang. Tapi coba liat pengeluaran gajinya, Rp400 miliar lebih per tahun!" tulis salah satu akun di sosial media X.
Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja, mengatakan bahwa lembaga tersebut adalah INA yang digadang-gadang menjadi "Temasek"-nya Indonesia. "Ternyata ini INA. INA yg digadang-gadang mau jadi Temasek-nya +62. itu beneran hasilkan duit return ok ndak? Atau cuma buyback jalan tol gak laku?" cuitnya.
Namun, INA sendiri menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai, baik untuk INA maupun anak perusahaannya, disesuaikan dengan capacity plan dan rencana rekrutmen. Lembaga ini dibentuk pada Desember 2020 untuk memperkuat ekonomi nasional.
Perlu diingat bahwa INA memiliki tujuan untuk menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia. Maka dari itu, pengelolaan sumber daya yang efektif sangat penting. Tapi apakah Rp400 miliar per tahun sudah cukup untuk menggaji puluhan pegawai? Itu pertanyaan yang masih banyak dibahas oleh warga online dan pakar-pakar ekonomi.
Sekali lagi, saya ingin menekankan bahwa ini adalah topik diskusi yang sangat penting. Oleh karena itu, kita harus terus memantau pengelolaan sumber daya nasional dan membuat pendapat kita sendiri tentang kebijaksanaan tersebut.
Angka tersebut mencapai Rp400 miliar per tahun! Ini membuat warga online mempertanyakan kebijaksanaan pengelolaan sumber daya nasional. "Ini beneran lembaga negara? Dapet dari portal sebelah, kabarnya lembaga negara ini berpegawai cuma 78 orang. Tapi coba liat pengeluaran gajinya, Rp400 miliar lebih per tahun!" tulis salah satu akun di sosial media X.
Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja, mengatakan bahwa lembaga tersebut adalah INA yang digadang-gadang menjadi "Temasek"-nya Indonesia. "Ternyata ini INA. INA yg digadang-gadang mau jadi Temasek-nya +62. itu beneran hasilkan duit return ok ndak? Atau cuma buyback jalan tol gak laku?" cuitnya.
Namun, INA sendiri menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai, baik untuk INA maupun anak perusahaannya, disesuaikan dengan capacity plan dan rencana rekrutmen. Lembaga ini dibentuk pada Desember 2020 untuk memperkuat ekonomi nasional.
Perlu diingat bahwa INA memiliki tujuan untuk menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia. Maka dari itu, pengelolaan sumber daya yang efektif sangat penting. Tapi apakah Rp400 miliar per tahun sudah cukup untuk menggaji puluhan pegawai? Itu pertanyaan yang masih banyak dibahas oleh warga online dan pakar-pakar ekonomi.
Sekali lagi, saya ingin menekankan bahwa ini adalah topik diskusi yang sangat penting. Oleh karena itu, kita harus terus memantau pengelolaan sumber daya nasional dan membuat pendapat kita sendiri tentang kebijaksanaan tersebut.