Hujan yang mengandung mikroplastik, seperti halnya hujan es yang menghampiri ibukota Jakarta, membawa kekhawatiran baru bagi masyarakat setempat. Menurut beberapa penelitian internasional, air hujan di daerah perkotaan dan pegunungan seperti Amerika Serikat dan Alpen, Eropa tidak hanya terkena dampak mikroplastik, tetapi juga dapat menyebar luas melalui atmosfer.
Kandungan mikroplastik ini dapat terbawa jarak ribuan kilo meter. Bahkan di negara Asia lain seperti Jepang, Korea dan China, konsentrasi mikroplastik di udara dan hujan cenderung meningkat di daerah perkotaan dan industri padat. Pada masa lalu, Dicky pernah tinggal di sana dan menyaksikan fenomena ini sendiri.
Mikroplastik yang ada di udara sebenarnya berasal dari abrasi termasuk ban kendaraan, jalan aspal, debu pakaian sintetis dari proses mencuci dan mengeringkan, dan proses pembakaran sampah plastik. Selain itu, degradasi plastik di lautan dan daratan yang terbawa angin dan uap air juga memperkuat siklus plastis global.
Namun, bagaimana dengan negara lain seperti Jepang dan Korea? Apakah mereka juga mengalami hujan mikroplastik? Jawabannya adalah ya. Di sana, industri tekstil dan otomotif diwajibkan mengurangi emisi serat mikro. Selain itu, setiap mesin cuci baru dijwajibkan memiliki filter mikroplastik.
Jika ingin mengantisipasi hujan mikroplastik ini, masyarakat perlu melakukan beberapa hal. Pertama, meningkatkan pengolahan limbah air kota dengan sistem filtrasi untuk mengurangi emisi mikroplastik ke udara. Kedua, melakukan peningkatan kesadaran akan dampak hujan mikroplastik ini dan berpartisipasi dalam program lingkungan yang tepat.
Sehingga, mari kita mulai berdiskusi tentang masalah hujan mikroplastik ini dan bagaimana mengatasinya dengan serius.
Kandungan mikroplastik ini dapat terbawa jarak ribuan kilo meter. Bahkan di negara Asia lain seperti Jepang, Korea dan China, konsentrasi mikroplastik di udara dan hujan cenderung meningkat di daerah perkotaan dan industri padat. Pada masa lalu, Dicky pernah tinggal di sana dan menyaksikan fenomena ini sendiri.
Mikroplastik yang ada di udara sebenarnya berasal dari abrasi termasuk ban kendaraan, jalan aspal, debu pakaian sintetis dari proses mencuci dan mengeringkan, dan proses pembakaran sampah plastik. Selain itu, degradasi plastik di lautan dan daratan yang terbawa angin dan uap air juga memperkuat siklus plastis global.
Namun, bagaimana dengan negara lain seperti Jepang dan Korea? Apakah mereka juga mengalami hujan mikroplastik? Jawabannya adalah ya. Di sana, industri tekstil dan otomotif diwajibkan mengurangi emisi serat mikro. Selain itu, setiap mesin cuci baru dijwajibkan memiliki filter mikroplastik.
Jika ingin mengantisipasi hujan mikroplastik ini, masyarakat perlu melakukan beberapa hal. Pertama, meningkatkan pengolahan limbah air kota dengan sistem filtrasi untuk mengurangi emisi mikroplastik ke udara. Kedua, melakukan peningkatan kesadaran akan dampak hujan mikroplastik ini dan berpartisipasi dalam program lingkungan yang tepat.
Sehingga, mari kita mulai berdiskusi tentang masalah hujan mikroplastik ini dan bagaimana mengatasinya dengan serius.