Polemik dalam internal Nahdlatul Ulama (PBNU) ternyata tidak memiliki unsur politik, menurut Ketua Umum PBNU Gus Yahya. Menurut beliau, belum ada bukti yang jelas mengenai siapa aktor ataupun tujuan di balik polemik yang terjadi saat ini.
"Unsur politis apa? Dengan analisa seperti apa? Ini semuanya tidak jelas," kata Gus Yahya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Beliau berpendapat bahwa setiap dinamika ataupun polemik yang melibatkan perbedaan pandangan kerap ditarik ke arah politik. Namun, dalam polemik kali ini belum ada yang bisa dibuktikan secara konkret.
"Giri harum, giri jemur," kata Gus Yahya saat berbicara tentang polemik PBNU. Beliau melihat bahwa polemik ini bersumber dari perbedaan pendapat serta beredarnya informasi yang belum diklarifikasi secara menyeluruh sehingga menjadi fitnah.
Gus Yahya meminta seluruh pihak untuk menghentikan penyebaran rumor dan prasangka yang tidak berdasar. Beliau juga menyatakan bahwa fitnah merupakan bentuk ketidakadilan yang berdampak sangat berat bagi pihak korban.
"Rumor-rumor yang tidak jelas yang merupakan praduga, prasangka harus dihentikan, bukan dihembuskan atau dikultus-kultuskan," tandas Gus Yahya.
"Unsur politis apa? Dengan analisa seperti apa? Ini semuanya tidak jelas," kata Gus Yahya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Beliau berpendapat bahwa setiap dinamika ataupun polemik yang melibatkan perbedaan pandangan kerap ditarik ke arah politik. Namun, dalam polemik kali ini belum ada yang bisa dibuktikan secara konkret.
"Giri harum, giri jemur," kata Gus Yahya saat berbicara tentang polemik PBNU. Beliau melihat bahwa polemik ini bersumber dari perbedaan pendapat serta beredarnya informasi yang belum diklarifikasi secara menyeluruh sehingga menjadi fitnah.
Gus Yahya meminta seluruh pihak untuk menghentikan penyebaran rumor dan prasangka yang tidak berdasar. Beliau juga menyatakan bahwa fitnah merupakan bentuk ketidakadilan yang berdampak sangat berat bagi pihak korban.
"Rumor-rumor yang tidak jelas yang merupakan praduga, prasangka harus dihentikan, bukan dihembuskan atau dikultus-kultuskan," tandas Gus Yahya.